Opini  

Refleksi Hari Guru Nasional: Menimbang Kondisi Guru dan Pendidikan

Ismail Hasan merupakan Guru Matematika di SMP Nazhatut Thullab Sampang.
Oleh: Ismail Hasan*

maduraindepth.com – Guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sebuah gelar mulia yang menggambarkan pengorbanan mereka untuk mendidik generasi penerus bangsa tanpa pamrih. Namun, jika kita melihat kondisi pendidikan dan kesejahteraan guru saat ini, pertanyaan yang muncul adalah: apakah gelar itu cukup menggambarkan realita yang dihadapi oleh para guru?

Di berbagai pelosok negeri, masih banyak guru yang berjuang dalam kondisi yang memprihatinkan. Mereka rela berjalan bermil-mil melewati sungai atau jalan rusak demi bertemu murid-muridnya. Di sisi lain, ada guru yang bahkan harus menjadi pemulung atau mengambil pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena gaji mereka jauh dari kata cukup.

Ironisnya, meskipun peran guru sering dipuja-puji, perhatian nyata terhadap kesejahteraan mereka sering kali hanya menjadi wacana tematik tanpa ada langkah konkret dari pemangku kebijakan. Hari Guru Nasional, yang jatuh setiap 25 November, menjadi momen refleksi besar, bukan hanya untuk merayakan jasa guru, tetapi juga untuk menilai sejauh mana perhatian yang diberikan kepada mereka, baik dari segi kesejahteraan maupun pengembangan kompetensi.

Tantangan yang Dihadapi Guru

Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya kesejahteraan. Banyak guru honorer yang harus hidup dengan pendapatan yang sangat minim, sehingga tidak jarang mereka berpindah haluan, meninggalkan profesi guru demi pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Hal ini berdampak langsung pada kualitas pendidikan.

Baca juga:  Mahasiswi Universitas Hasyim Asyari Ini Jelaskan Mengapa Ada Hari Guru

Selain itu, kita juga menghadapi tantangan dalam hal kompetensi dan karakter guru. Masih ada guru yang kurang memiliki jiwa pendidik, sehingga perannya sekadar formalitas. Bagi mereka, profesi guru hanya menjadi pilihan terakhir atau cara untuk mengisi waktu luang, tanpa semangat untuk benar-benar mendidik. Ada pula kasus di mana perilaku negatif dari guru menjadi contoh buruk bagi siswa. Potret ini tentu memperburuk citra guru sebagai sosok yang seharusnya digugu dan ditiru.

Namun, di tengah tantangan tersebut, kita juga tidak boleh mengabaikan bahwa masih ada banyak guru yang berdedikasi tinggi. Mereka bekerja dengan sepenuh hati, memberikan teladan yang baik, dan terus berusaha mengatasi segala keterbatasan yang ada.

Pendidikan yang Dikomersialisasi

Selain isu guru, ada permasalahan besar lainnya, yaitu komersialisasi pendidikan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat mendidik dan mencerdaskan justru menjadi arena bisnis. Pendidikan semakin mahal, dan akses terhadap kualitas pendidikan yang baik menjadi sulit bagi masyarakat kurang mampu. Dalam sistem seperti ini, semangat mencerdaskan kehidupan bangsa seakan tergeser oleh kepentingan ekonomi dan politik.

Refleksi Pribadi

Sebagai seorang guru, saya sendiri merasa prihatin. Saya tidak menganggap diri saya sebagai guru yang sempurna, bahkan saya sadar masih banyak kekurangan dalam menjalankan tugas saya. Namun, pengalaman langsung di lapangan membuat saya melihat bahwa permasalahan pendidikan tidak hanya ada pada sistem, tetapi juga pada individu-individu yang terlibat di dalamnya. Kita semua, baik guru, murid, maupun pemangku kebijakan, memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki kondisi ini.

Baca juga:  Mediasi Sebagai Jalan Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak

Harapan untuk Masa Depan

Hari Guru Nasional adalah momen untuk mengingatkan bahwa pendidikan adalah pondasi bangsa. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu segera diperhatikan:

  1. Kesejahteraan Guru: Pemerintah harus memastikan bahwa setiap guru, terutama guru honorer, mendapatkan penghasilan yang layak.
  2. Peningkatan Kompetensi Guru: Program pelatihan dan pengembangan harus diberikan secara merata, sehingga guru mampu beradaptasi dengan tantangan zaman.
  3. Memperbaiki Karakter Guru: Guru harus kembali pada esensi profesinya sebagai pendidik, bukan sekadar pekerja. Jiwa mendidik harus ditanamkan dengan kuat.
  4. Menghentikan Komersialisasi Pendidikan: Pendidikan harus kembali menjadi hak dasar bagi semua rakyat, bukan barang dagangan.

Akhirnya, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional kepada semua guru di Indonesia. Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk terus memperjuangkan pendidikan yang lebih baik, karena di tangan gurulah masa depan bangsa dibentuk. (*)

*Penulis merupakan guru Matematika di SMP Nazhatut Thullab Sampang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *