Nyalase ke Makam, Begini Kisah Bhuju’ Sumber Kuning

Warga Dusun Sumber Kuning sedang Nyalase di makam Bhuju' (Foto: MH)

maduraindepth.com – Di penghujung bulan Ramadhan tahun ini, warga Dusun Sumber Kuning, Desa Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur berbondong-bondong Nyalase (ziarah) ke makam Bhuju’ (sesepuh kampung yang dikeramatkan).

Tradisi Nyalase bareng ke makam Bhuju’ ini merupakan kegiatan rutin warga Dusun Sumber Kuning yang dilakukan setiap penghujung bulan Ramadhan. Dimana ada dua makam Bhuju’ yang dikunjungi oleh warga setempat.

banner auto

Pertama, Bhuju’ Abdul Hisom bin Abu Janiyah makbarohnya ada di makam Sanik atau makam laok (selatan).

Kedua, Bhuju’ Abdul Qosim yang dijuluki Bhuju’ Agung. Makamnya oleh masyarakat setempat disebut ada di makam dajah (utara). Bhuju’ Agung ini merupakan putra dari Bhuju’ Abdul Hisom.

Tokoh masyarakat setempat Kyai Yazidul Bustomi mengatakan, tujuan nyalase ini selain untuk bertawasul, juga untuk mengenalkan generasi muda kepada leluhurnya.

Sebab jika tidak diadakan kegiatan semacam ini, lanjut Kyai Yazid, maka generasi muda saat ini tidak bisa kenal dengan sejarah Bhuju’ itu.

“Ini adalah tradisi yang tidak boleh dihilangkan. Karena makbaroh yang diziarahi merupakan makbarohnya orang shaleh. Jadi tidak ada salahnya bertawasul melalui perantara orang shaleh,” tutur Kyai Yazid kepada maduraindepth saat ditemui di kediamannya.

Dia menjelaskan tentang keterkaitan nama Dusun Sumber Kuning dengan Bhuju’ yang diziarahi tersebut.

Baca juga:  Puluhan Rumah di Sreseh Diterjang Puting Beliung, Ubaidillah: Bupati Sampang Respon Cepat

Bhuju’ Abdul Hisom ini sebenarnya dari Panggung Wetan Pamekasan. Kemudian pergi ke Kabupaten Sampang dalam rangka menyebarkan syiar Islam.

Sesampainya di Dusun Sumber Kuning, Bhuju’ Abdul Hisom dan istrinya mencari air untuk keperluannya. Seperti untuk bersuci dan dikonsumsi.

Namun di tengah perkampungan itu, Bhuju’ Abdul Hisom tidak menemukan sumber mata air.

Kemudian Bhuju’ Abdul Hisom menancapkan tongkatnya ke tanah. Saat tongkat itu dicabut, keluarlah air berwarna kuning.

Maka sebab perantara Bhuju’ itu masyarakat yang ada di tengah perkampungan tidak lagi kesulitan air.

Kemudian bekas tongkat yang ditancapkannya itu digali oleh cicitnya, Kyai Isma’il, dibentuk menjadi sumur.

Dari cerita ini, kemudian kampungnya diberi nama Sumber Kuning. “Ya karena keluar somber warna kuning,” jelasnya.

Sumur ini, lanjut Kyai Yazid, manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Sebab warga dari luar desa berduyun-duyun menimba air di sumur Bhuju’ ini.

Selain itu, kata Kyai Yazid, sumur Sumber Kuning ini diyakini memiliki benda ghaib. Dimana benda ghaib ini hanya muncul dalam satu tahun sekali.

“Kalau tanggal 15 Sya’ban warna air menjadi merah selama lima menit. Itu kata kakek buyut merupakan minyak teggu alias minyak kebal,” ujarnya.

Namun untuk mendapatkan minyak kebal ini, harus melakukan beberapa amalan. Seperti berpuasa selama 41 hari.

Baca juga:  Ini Kata Gus Choiron Saat Pelantikan PAC GP Ansor di Mandangin

“Ada do’a khusus yang harus dibaca,” singkatnya.

Sekedar diketahui, jarak kedua makam Bhuju’ ini kurang lebih sekitar 1 kilometer. Untuk sampai di lokasi Bhuju’ Sumber Kuning, tidak membutuhkan waktu lama dari pertigaan Koramil Jrengik ke utara.

Jarak tempuhnya ke makam Sanik sekitar 400 meter. Sementara ke makam dajah sekitar 1 kilo meter dari Koramil Jrengik. (MH/MI)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto