Musaiyana Ajak Pemuda Hapus Stereotype Negatif Sampang Madura

Musaiyana
Sumber Foto: Akun instagram Musaiyana @mozazana_id

maduraindepth.com – Berawal dari keresahan tentang isu negatif Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur yang berkembang di kancah Nasional. Musaiyana kemudian punya gagasan untuk membuat sebuah social project dan mendirikan Sampang Young Inspiration (SYI).

Setelah mendirikan SYI gadis asal Karang Penang Oloh itu terpilih sebagai pemuda pelopor tingkat Nasional dalam bidang Sosial, Budaya dan Agama. Dia merupakan satu-satunya putra daerah Kabupaten Sampang yang masuk dalam seleksi nominasi pemuda pelopor tingkat nasional, setelah melewati uji lapangan oleh tim juri dari Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI).

banner 728x90

“Saya greget ketika melihat isu-isu di Sampang. Apalagi ketika melihat isu kekerasan, seperti siswa yang membunuh gurunya. Saya berfikir, Sampang ini apanya yang salah? Padahal Sampang tidak seperti ini,” kata gadis kelahiran 1996 itu mengawali pembicaraan dengan maduraindepth.com, Rabu (4/12/2019).

Menurut gadis yang akrab disapa Muza itu, karena isu negatif tersebut akibatnya Kabupaten Sampang dijustmen oleh kancah nasional sebagai kabupaten tertinggal. Parahnya lagi, lanjut buah hati H. Fathor dan Hj. Fatimah itu, Sampang digambarkan seolah-olah kultur masyarakatnya keras dan terdiri dari beberapa kelompok mafia.

“Saya greget melihat isu itu. Kemudian saya mencoba menulis latar belakang itu yang kemudian dikonkretkan dengan social project Sampang Young Inspiration,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Muza menceritakan, SYI itu digagas dan dibangun pada tahun 2017 saat dirinya masih berstatus sebagai Mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah di Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Di satu sisi, dibentuknya SYI bukan karena faktor isu negatif Kabupaten Sampang saja. Tapi karena Muza juga melihat potensi dan Sumber Daya Manusia (SDM) kawula muda Sampang sangat luar biasa.

Baca juga:  Pemadam Habiskan Waktu 16 Jam Jinakkan Kebakaran Mebel di Saronggi

“Kemudian disisi lain, pada tahun 2030 Indonesia khususnya Kabupaten Sampang masuk bonus demografi yang mana usia produktif jauh lebih banyak ketimbang usia nonproduktif,” beber Learner Youth Movement Enthusiast itu.

Dibentuknya SYI itu sendiri untuk ikut serta berkontribusi memberikan perubahan nyata di Kabupaten Sampang. Dimana SYI merupakan gerakan sosial kepemudaan berbasis relawan dan bukan profit oriented.

“Banyak potensi anak muda yang selama ini saya sebagai youth movement enthusiast merasa terlambat pulang ke kampung halaman menyatukan mereka, berbagi dan berkolaborasi dengan mereka meski bukan profit oriented,” ujar gadis yang pernah nyantri di Pondok Pesantren (PP) Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan itu, dengan penuh semangat.

Meski Anak Petani, Muza Tak Patah Semangat Hingga Menjadi Pemuda Pelopor Nasional

Musaiyana
Musaiyana merupakan putra daerah Kabupaten Sampang yang terpilih sebagai pemuda pelopor dalam bidang sosial, budaya dan agama oleh Kemenpora RI. (Foto: Muza for MI)

Rupanya, usaha mengharumkan nama baik Kabupaten Sampang tidak sia-sia. Muza yang lahir dari keluarga petani berhasil mengharumkan nama baik tanah kelahirannya hingga tingkat nasional.

Tentunya prestasi gemilang itu tidak dilaluinya dengan mudah. Dibutuhkan usaha dan kemampuan yang setara dengan prestasi yang didapuknya sebagai pemuda pelopor tingkat nasional.

“Saya melaluinya dengan gerakan progresif dan kreatif,” paparnya pada maduraindept.com saat wawancara eksklusif.

Menurut Muza, yang mengantarkan dirinya hingga ke tingkat nasional adalah takdir dari Robbul Izzati. Apa yang dicapainya saat ini, kata Muza, sudah tertulis di lauhil mahfudz.

“Saya juga tidak tahu bagaimana ceritanya. Yang pasti, yang jelas, itu sudah tertulis di lauhul mahfudz, pada tahun 2019 Musaiyana menjadi pemuda pelopor nasional,” ucapnya disertai senyuman khas.

Baca juga:  Diduga Ada Praktik Pungli, SMAN 1 Batuan Sumenep Diprotes Wali Murid

Gadis yang memiliki hidung mancung dan bangir itu bersyukur dengan prestasi yang dicapainya saat ini. Dia juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi dan support, sehingga bisa mengharumkan nama baik Kabupaten Sampang.

Saat mengikuti seleksi dan uji lapangan oleh tim juri Kemenpora RI, Muza optimis dan penuh keyakinan bahwa dirinya akan lolos dan masuk nominasi. Menurutnya, mengharumkan nama baik Kabupaten Sampang merupakan kewajiban bagi setiap kawula muda yang lahir di Kabupaten Sampang.

“Karena besok tidak lagi hidup, maka hiduplah penuh makna dan berarti,” tuturnya membangkitkan semangat pemuda Sampang agar menjadi pemuda yang inovatif dan kreatif.

Kabupaten Sampang Dalam Kacamata Musaiyana

Musaiyana
Aktivitas Musaiyana. (Foto: Muza for MI)

Baru-baru ini nama Musaiyana santer dibicarakan publik. Namanya pun melejit mengiringi prestasi yang dikantonginya. Lantas bagaimana pandangan Muza setelah pulang ke tanah kelahirannya di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur?

“Saya merasa terlambat pulang ke Sampang. Ternyata anak muda di Sampang sangat luar biasa,” kata gadis murah senyum itu menjawab pertanyaan jurnalis maduraindepth.com.

Gadis yang juga berperan sebagai Learner Youth Movement Enthusiast itu mengatakan, anak muda di Kabupaten Sampang banyak yang memiliki potensi. Hal itu diketahui setelah dia pulang ke kampung halamannya, kemudian bersatu dan berkolaborasi dengan para pemuda.

Baca juga:  Dana Pilkada 2024 di Sampang Sebesar Rp 66 Miliar, Jatah Pengamanan Rp 6 Miliar

Namun, lanjut Muza, anak muda di Kabupaten Sampang butuh wadah. Dimana wadah itu bisa mempertemukan para pemuda itu dengan orang-orang yang dapat menerima keberagaman.

“Bagi saya Sampang merupakan tempat ternyaman untuk pulang. Jangan sok-sok-an, karena terkenal di luar kemudian tidak mau pulang ke Sampang. Bagi saya mustahil, karena tempat nyaman itu memang kampung halaman, tidak ada lagi,” paparnya.

Selaras dengan prestasinya sebagai pemuda pelopor sosial, budaya dan agama. Sebagai pemuda dia merasa punya tanggung jawab untuk membangun, berkontribusi, memajukan dan mengharumkan nama baik Sampang. Menurutnya, saat ini merupakan waktunya menghapus stereotype negatif Sampang.

“Ada tidaknya pemuda pelopor, berbuat dan berbagi merupakan suatu kewajiban sebagai anak muda,” tutur gadis yang pernah dituding berperan sebagai LSM itu oleh salah satu pejabat di Kabupaten Sampang saat membuat program Sampang Youth Camp.

Muza berharap, anak muda di Sampang harus bisa memilih mau menjadi orang yang berarti atau tidak. Selain itu, dia juga berharap kepada Pemkab Sampang bisa lebih terbuka atas apapun yang dilakukan oleh anak muda.

“Karena saya percaya, kemajuan suatu bangsa karena peran anak muda. Anak muda yang baik itu adalah pemuda yang memiliki SDM dan didukung oleh Pemkab sendiri,” tuturnya. (MH/AW)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *