Jelang HSN, Model Muslimah Ini Juara 1 Karena Latar Belakang Santri

HSN 2020 Santri
Arinal Hasanah, alumni Ponpes Darul Ulum Banyuanyar. (Foto: Arinal for MI)

maduraindepth.com – Menjalang peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada 22 Oktober 2020, alumnus Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Arinal Hasanah mengaku meraih berbagai prestasi lantaran basicnya adalah seorang santri. Latar belakang tersebut yang menjadi faktor utama keberhasilannya.

Aturan atau norma yang berlaku di Pesantren, kata Arinal, membentuk dirinya sebagai pribadi yang mandiri, konsisten dan terampil dalam menekuni sebuah bidang pengetahuan. Sehingga, santri memiliki peluang besar dalam meraih prestasi.

“Mandiri adalah salah satunya, karena kita dipaksa untuk terus bisa meski jauh dari keluarga, khususnya orang tua,” terang dia, Selasa (20/10/20).

Dari pola hidup santri yang didapat sejak berumur 15 tahun, Perempuan kelahiran Sampang, 24 Agustus 1999 itu, membuat dirinya untuk terus mengembangkan kreativitas dan prestasi.

Terbukti, kemampuan melukis yang dikembangkan waktu berada di Pesantren Banyuanyar untuk terbitan buletin atau komik bahkan melukis di bangunan pesantren membuat dirinya berhasil menerbitkan buku komik remaja dengan judul Beradaptasi atau Mati di usianya ke-21. Saat ini, dia sedang dalam proses menyelesaikan terbitan kedua non fiksi genre motivasi.

Selain itu, dirinya berhasil meraih juara 1 lomba Model Muslimah Indonesia yang bertemakan hijabers style yang diselenggarakan oleh Model Muslimah Indonesia di tahun 2020.

“Karakter santri yang unik adalah dunianya di tulis menulis. Kebiasaan itu, melatih tulisan kita atau kosa kata kita. Sehingga bisa lebih baik lagi,” cerita Arinal pada jurnalis maduraindepth.com.

Baca juga:  Dugaan Kasus Politik Uang, Desak Bawaslu Sumenep Periksa Pelaku

Selain menekuni pendidikan formal di Pesantren, dia aktif di Aliansi Jurnalis Muslimah, Tarbawi Pemuda Muslim Madura, Markaz a’roby, Education Computer center, dan terakhir Sanggar Nasyid Zubdah dan meraih juara 3 lomba puisi tingkat pondok antarputra dan putri.

“Akhirnya di suatu saat kemudian kita tersadar, bahwa apa yang kita lakukan selama nyantri, walau itu hal kecil, ternyata mengajari dan mendidik banyak hal untuk masa depan kita,” kata pemilik nama pena Ana An-NaQi.

Sebagai alumni pesantren, dia berharap, supaya santri terus eksis dalam pengembangkan kreativitas sesuai dengan perkembangan zaman supaya ilmu pengetahuan yang didapat dari sistem pendidikan pesantren dapat dipelajari secara umum. Khususnya, bagi meraka yang tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren.

“Karena setiap diri seseorang memiliki kemampuan/potensi yang sangat spesial tidak dimiliki orang lain, yakin dan percayalah untuk mengambil kesempatan yang dimiliki sesuai dengan passion kita di mana, terus berdoa ikhtiar dan tawakkal. Semangat buat kita semua,” tutupnya.

Untuk diketahui, saat ini dia aktif di berbagai organisasi. Diantaranya, Unit Kegiatan Mahasiswa Intelektual dan Riset, Bengkel Sastra, Komunitas Bisa Menulis, dan Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar. (RUK/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto