maduraindepth.com – Mantan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pamekasan, Mohammad Arif memprotes kebijakan sekolah yang disebut memberlakukan toilet untuk pelajar putra berbayar dengan tarif Rp 500. Guru yang telah dimutasi sebagai pengajar di sekolah itu pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Kesiswaan di MAN 1 Pamekasan.
Sebelumnya, viral di berbagai media sosial dan salah satu kanal YouTube dengan menyebut kebijakan toilet berbayar di MAN 1 Pamekasan tidak pantas diterapkan. “Masuk toilet, siswa harus Rp 500 sekali masuk. Dalam rapat, saya tidak setuju karena sekolah milik negara,” kata Mohammad Arif.
Selain itu, dia mengaku tidak terima terhadap Surat Keputusan (SK) mutasi dirinya dari MAN 1 Pamekasan ke MA Miftahul Sudur, di Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. “Saya sepulang umroh, tiba-tiba dapat surat keputusan mutasi. Kok bisa seperti itu? Kan saya nggak pernah minta, saya nggak pernah usul,” ungkapnya.
Menanggapi persoalan itu, Kepala MAN 1 Pamekasan, No’man Afandi menjelaskan, penerapan toilet siswa berbayar diberlakukan sejak tahun ajaran 2018 lalu. Lantaran, kondisi kamar mandi atau toilet dinilai kurang layak dan perlu pembenahan, agar bersih.
Kamar mandi sekolah, kata dia, kerap disalahgunakan oleh siswa. Salah satunya, kerap dijadikan tempat siswa merokok, bak kamar mandi dijadikan tempat buang air, hingga menimbulkan bau tidak sedap. “Wajar bagi anak-anak, dan perlu pembinaan. Kadang mereka membuang air besar tidak disiram, sehingga bau,” ujarnya, Sabtu (23/9).
Menurut No’man, toilet yang perlu pembenahan dan berbau tidak sedap yaitu bagian kamar mandi khusus siswa putra. Tujuannya, pembelajaran dan pembentukan karakter para siswa, agar semakin sopan.
“Kami terapkan untuk kamar mandi laki-laki berbayar Rp 500. Setelah itu, anak-anak menjadi tertib, tidak menjadikan kamar mandi untuk tempat berlindung atau bersembunyi. Tiga pekan diterapkan, kebiasaan anak-anak berubah, sehingga kami tidak menerapkan lagi,” jelasnya.
No’man mengenaskan, bahwa tidak ada kepentingan apapun selain untuk melakukan pembinaan, dan pembentukan karakter supaya kebiasaan buruk peserta didik tidak berlanjut. “Uang yang terkumpul dari siswa, kami serahkan ke masjid supaya menjadi amal jariah para siswa,” pungkasnya. (Rafi/*)
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya DI SINI