maduraindepth.com – Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang mengaku kesulitan melengkapi koleksi benda bersejarah di Museum Trunojoyo. Bahkan, kondisi museum milik pemerintah daerah itu terkesan belum layak, jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di Madura.
“Museum Trunojoyo masih terbilang baru. Karena baru beberapa tahun berdiri, kondisi museum milik Kabupaten Sampang ini belum layak jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Madura, ” ungkap Kepala Disporabudpar Sampang, Marnilem, Sabtu (15/4).
Alasan lain, mengenai minimnya perbendaharaan benda arkeologi di Museum Trunojoyo disebabkan banyak benda-benda bersejarah yang tidak bisa dimuseumkan. “Artefak itu cenderung dibiarkan berada di tempat asalnya,” kata Marnilem.
Salah satu contohnya, lanjut dia, seperti artefak peninggalan buyut Napo di Desa Napo Laok, Kecamatan Omben, Sampang. Diterangkan, tokoh masyarakat dan warga setempat tidak memperkenankan, jika artefak peninggalan buyut Napo dibawa ke museum. Sehingga, benda tersebut dibiarkan tetap berada di tempat asalnya.
“Kami pernah meminta untuk dibawa ke museum, tapi warga sekitar menolak dan mereka memilih untuk merawatnya sendiri,” ungkapnya.
Sebab itu, pihaknya tidak dapat memaksa untuk membawa artefak tersebut ke museum. Akibatnya, mereka hanya bisa membuat replikanya saja untuk dipajang di Museum Trunojoyo Sampang.
“Untuk membuat replika saja membutuhkan biaya sekitar Rp 60 juta,” lanjutnya.
Disebutkan, jika pihaknya pernah mengusulkan anggaran untuk pembuatan replika benda arkeologi itu di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun tak direalisasikan, lantaran mengalami pemangkasan anggaran.
“Apalagi untuk membuat replika itu tidak sembarangan, butuh tenaga profesional serta ada biayanya yang cukup besar,” pungkasnya. (Alim/*)
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya Di Sini