maduraindepth.com – Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) melakukan pengabdian masyarakat di Desa Kacongan Sumenep, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep. Pengabdian Masyarakat itu mereka lakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memanfaatkan tumbuhan obat keluarga.
Pengabdian masyarakat ini bagian dari program mahasiswa untuk menempuh pendidikan S-1 yang dibimbing oleh Dr. Mohammad Hipni S,Hi. M,Hi (Dosen UTM). Pada Pengabdian Masyarakat kali ini UTM mengangkat tema “Kebangkitan Sosial dan Ekonomi”.
Maka dari itu, pada tanggal 21 Mei 2022 mahasiswa di kelompok ini melakukan pembuatan obat pengusir serangga dari daun sirih yang ramah lingkungan dan hemat biaya.
Menggunakan obat pengusir serangga merupakan salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus dan hama. Sebab, obat pengusir serangga dari daun sirih terbukti secara klinis mampu mengurangi bakteri, kuman, dan virus yang menempel pada tumbuhan.
Namun, kebutuhan akan benda satu ini tampaknya semakin meningkat, sedangkan harga obat pestisida cukup mahal. Tidak perlu khawatir, obat pengusir serangga dari daun sirih dapat Anda produksi sendiri menggunakan bahan-bahan alami di sekitar.
Pada masa pandemi, obat pengusir serangga dari daun sirih sangat dibutuhkan dalam menjaga kesehatan tumbuhan. Ada banyak cara untuk membuat obat pengusir serangga dari daun sirih dari bahan alami yang ada di sekitar kita.
Cara Membuat Pestisida dari Daun Sirih
Bahan yang dibutuhkan
1. Daun sirih
2. Daun tembakau
3. Daun lagundi
4. 2 liter air
5. 0,5 ons gambir
6. 1 ons garam dapur
7. 500ml air panas
8. Penumbuk dari batu
9. Botol semprot
Cara menggunakan pestisida alami daun sirih ini adalah dengan mengencerkan 500 ml larutan dalam 10 liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan pada botol penyemprot. Frekuensi penyemprotan dilakukan dua kali seminggu hingga populasi larva atau kutu berkurang dan tidak membahayakan.
“Obat pengusir serangga dengan daun sirih sangat efektif untuk digunakan karena menggunakan bahan alami yg ada di sekitar lingkungan warga dan sangat menghemat biaya operasional para kelompok tani,” ujar ibu Wita salah satu anggota Bumdes di Desa Kacongan. (*)