Tujuh Tahun Beroperasi, Lapangan BD Milik HCML Kian Produktif

produksi sumur gas lapangan bd hcml
Officer Gas Delivery HCML Erfan Yudianto saat menunjukkan miniatur Kapal FPSO Karapan Armada Sterling III di kantornya, Surabaya, beberapa waktu lalu. (Foto: Moh Busri/MID)

maduraindepth.com – Husky–CNOOC Madura Limited (HCML) terus mengoptimalkan produksi dan perawatan sumur gas yang dimiliki. Salah satunya, yaitu sumur gas yang terdapat di Lapangan BD.

Officer Gas Delivery HCML Erfan Yudianto mengungkapkan, Lapangan BD yang terletak di perairan Kabupaten Sampang mulai beroperasi pertama kali pada tahun 2017. Sumur ini, menghasilkan gas dan condensate.

Sedangkan untuk mendukung proses produksi gas di Lapangan BD, sudah tersedia beberapa fasilitas. Meliputi anjungan sumur lepas pantai atau offshore wellhead platform (WPH). Kemudian, fasilitas gas metering station (GMS) yang berada di Kota Pasuruan.

Selain itu, di Lapangan BD juga tersedia fasilitas Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO) Karapan Armada Sterling III. Kapal tersebut menjadi alat produksi terapung, penyimpanan, dan sekaligus pembongkaran.

“Lapangan BD adalah satu-satunya lapangan milik kami yang menghasilkan gas dan condensate,” ungkapnya.

Disampaikan, bahwa sumur gas di Lapangan BD merupakan sumur tertua yang dikelola oleh HCML. Jumlah produksi gas di sumur tersebut, pada awal beroperasi di tahun 2017 silam, menghasilkan sebanyak 30 million standard cubic feet of gas per day (MMSCFD).

Sedangkan saat ini, jumlah gas yang diproduksi dari sumur di Lapangan BD, mencapai 110 MMSCFD. Kemudian, untuk produksi condensate di lapangan tersebut mencapai 6 ribu barel per hari. Dengan jumlah tersebut, maka dapat diketahui bahwa produksi gas di Lapangan BD kian produktif.

Baca juga:  Genjot Produksi Gas di Jawa Timur, HCML Kembangkan Dua Lapangan Baru

“Usia pengeboran alias life time di Lapangan BD, berdasar hasil riset, maksimal 20-30 tahun. Jadi, saat ini masih aman,” jelasnya.

Erfan juga menerangkan terkait proses produksi gas menggunakan fasilitas FPSO Karapan Armada Sterling III. Menurutnya, anjungan terapung tersebut sudah memiliki fasilitas Sulphur Recovery Unit.

Gas yang diproduksi di Lapangan BD, lanjut dia, mengandung Hidrogen Sulfida (H2S) dan condensate. Sedangkan, H2S merupakan gas beracun yang cukup berbahaya. Maka dari itu, memerlukan proses pengolahan yang sangat kompleks.

Melalui FPSO Karapan Armada Sterling III, maka gas dan condensate dari dalam sumur akan dilakukan pemisahan untuk pemurnian gas. Proses pemurnian ini, diolah melalui separator dan beberapa alat yang lain. “Setelah gas dimurnikan, maka dapat dijual kepada gas buyer,” katanya.

Erfan menjelaskan, gas yang sudah dilakukan pemurnian atau pemisahan, selanjutnya akan disalurkan ke GMS yang berada di Pasuruan. Kemudian, gas tersebut bisa didistribusikan kepada gas buyer. Sementara itu, untuk condensate masih disimpan di kapal.

Kemudian, setelah penampungan di FPSO Karapan Armada Sterling III sudah penuh, maka dapat dilakukan suplai ke kapal tanker. Sehingga, condensate bisa segera dikirim untuk dijual. “Tanker itu dikelola oleh SKK Migas melalui Pertamina,” pungkasnya. (bus/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *