Seruan Kemerdekaan dari Perempuan Pinggiran

kemerdekaan perempuan
Peserta festival berbasis perempuan membentangkan bendera selama festival inklusi berlangsung. (FOTO: KPS2K Jawa Timur for MiD)

maduraindepth.com – Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan (KPS2K) Jawa Timur bersama Sekolah Perempuan di Lumajang dan Gresik memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-78. Kegiatan yang digelar sejak tanggal 14-17 Agustus ini dikemas dalam sebuah Festival Kepemimpinan Perempuan.

Kegiatan diawali dengan Deklarasi Kemitraan bertempat di Balai Desa Oro-Oro Ombo pada Senin (14/8). Deklarasi ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah Lumajang dan Gresik.

banner 728x90

Direktur KPS2K Jawa Timur, Iva Hasanah menyampaikan, deklarasi itu bertujuan untuk memperkuat Pembangunan Inklusi di wilayah bencana alam maupun non alam. Sehingga diharapkan masyarakat terdampak tidak jatuh pada kemiskinan.

Kemudan pada Rabu (16/8), festival dilaanjutkan dengan menghadirkan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lumajang. Saat itu juga, diadakan layanan adminduk khususnya bagi ODGJ, disabilitas fisik dan lansia. Sebab selama ini, kelompok rentan tersebut tidak memiliki identitas kependudukan.

Belum Pernah Ikut Upacara HUT RI

Perempuan lereng Gunung Semeru mengikuti upacara HUT Kemerdekaan RI ke-78. (FOTO: KPS2K Jawa Timur for MiD)

Keesokan harinya, Kamis (17/8) digelar upacara kemerdekaan HUT RI ke-78 dengan melibatkan 150 anggota Sekolah Perempuan dan para perempuan Desa Oro-oro Ombo dan Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Ketua Sekolah Perempuan Desa Supiturang, Suliha mengatakan, hampir 80 perempuan di desanya tidak pernah telibat dalam upacara kemerdekaan HUT RI. Hal itu karena mayoritas perempuan di desanya sebagai ibu rumah tangga dan petani.

Baca juga:  Semangat Kemerdekaan, Bappeda Sumenep Komitmen Optimalkan Pembangunan

“Seumur-umur saya tidak pernah mimpi bisa menjadi petugas upacara, apalagi jadi komandan upacara,” ujar Suliha, Jumat (18/8) sore.

Atas kegigihan dan kemauan yang kuat, Suliha bersama rekan sesama perempuannya berhasil membentangkan bendera ukuran 100 meter persegi di lapangan Supiturang. Ia lantas mengaku bangga karena terlibat dalam upacara HUT Kemerdekaan RI yang ke-78, meski hanya seorang petani.

“Rasanya campur aduk bangga dan merasa percaya diri apalagi saya hanya petani selama ini dan jauh di lereng gunung Semeru, sekolah saja hanya sampai SMP,” ungkap perempuan dengan kulit sawo matang tersebut.

Perempuan Harus Telibat dalam Partisipasi Bermakna

Para perempuan lereng Gunung Semeru semangat mengikuti festival kemerdekaan. (FOTO: KPS2K Jawa Timur for MiD)

Sementara Direktur KPS2K Jawa Timur Iva Hasanah mengatakan, pembentangan bendera memiliki arti kemerdekaan bagi perempuan saat ini tidak hanya terpenuhi hak-hak secara ekonomi saja. Namun juga bagaimana perempuan juga dapat terlibat dalam partisipasi yang bermakna.

“Diharapkan, mereka mampu mengawal perencanaan dan penganggaran yang Inklusi yaitu yang berpihak pada hak perempuan pinggiran, disabiltas dan kelompok marjinal atau minoritas,” ucap Iva.

Iva mengatakan, festival ini tidak hanya di selenggarakan di Jawa Timur saja, tapi juga di beberapa provinsi lainnya seperti Padang Sumut, Bali, Jakarta, Lombok, Kupang, Makasar sampai Morotai Maluku Utara. Kegiatan tahunan yang bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, bertujuan agar para perempuan dan kelompok marjinal juga dapat merasakan arti peringatan HUT Kemerdekaan.

Baca juga:  Berhadiah Umroh, Ribuan Peserta Semarakkan Jalan-jalan Sehat KKP Sumenep

“Program ini didukung oleh Institut KAPAL Perempuan Jakarta bersumber dari kerjasama antara Pemerintah Australia dan Indonesia (G2G) dalam rangka memajukan kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan, hak – hak Disabilitas dan Inklusi Sosial serta penguatan masyarakat sipil,” urainya.

Semangat Perempuan Lereng Semeru

Perempuan lereng Gunung Semeru mengikuti upacara HUT Kemerdekaan RI ke-78. (FOTO:KPS2K Jawa Timur for MiD)

Setelah upacara, festival dilanjutkan dengan Pawai Budaya Inklusi sepanjang 3 kilometer. Pawai ini melewati jalan desa antara Supiturang sampai Oro-Oro Ombo.

Selama festival berlangsung, bendera merah putih dibentangkan oleh peserta festival. Selain itu, para perempuan ini juga berbaris rapi membawa poster dengan bertuliskan pesan-pesan suara perempuan pinggiran. Seperti stop kawin anak, penghapusan kekerasan seksual, dukung pendidikan perempuan dan seterusnya.

Poster-poster ini seakan mengingatkan semua pihak bahwa jangan ada yang tertinggal dalam pembangunan. Baik bagi kelompok perempuan, disabiltas dan minoritas.

Dalam kesempatan ini juga, para perempuan berorasi menyuarakan keluh kesah perempuan lereng Semeru. Seperti yang disampaikan Lilik Indrawati (34) sebagai Ketua Sekolah Perempuan Gresik.

Lilik hadir jauh-jauh hanya sekadar ingin memotivasi para perempuan di lereng Semeru untuk melawan rasa takut dan meningkatkan kepercayaan diri. Sehingga perempuan dapat terlibat aktif dalam mendorong pembangunan yang merata. (*/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *