banner 728x90

Ritmik Madura 2025: Nada, Puisi, dan Budaya Bertaut di Tanah Sumenep

Ritmik madura
Gelaran kegiatan Ritmik Madura yang digelar di depan Museum Keraton Sumenep berlangsung meriah, Sabtu (14/06/2025). (Foto : Istimewa)
banner 728x90

maduraindepth.com  — Gemuruh semangat budaya kembali menggema di pelataran Museum Keraton Sumenep dalam gelaran Ritmik Madura 2025, Sabtu malam (14/06/2025). Acara yang berlangsung dari pukul 19.00 hingga 23.00 WIB ini menjadi ruang pertemuan bermakna antara seni, spiritualitas, dan warisan budaya Madura.

Diselenggarakan oleh Komunitas Kasokan Bangkalan dengan dukungan Kementerian Kebudayaan RI, Dana Indonesiana, LPDP, serta Pemerintah Kabupaten Sumenep, kegiatan ini menghadirkan semangat kolaborasi lintas komunitas dan pelaku seni lokal.

banner 728x90

Mengusung konsep “Lelaku Dzikir Malam”, Ritmik Madura bukan sekadar pertunjukan, melainkan ajakan untuk menyelami keheningan, kebijaksanaan, dan kearifan lokal melalui puisi, musik, teater, dan berbagai ekspresi budaya lainnya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Moh. Iksan, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara tersebut.

“Kami, selaku Pemerintah Kabupaten Sumenep, mengapresiasi Ritmik Madura yang diinisiasi oleh Kasokan Bangkalan sebagai ajakan bagi generasi muda untuk mencintai budaya lokal,” ujarnya.

Hadir pula tokoh sastra asal Sumenep, D. Zamawi Imron, yang membawakan sejumlah pantun Madura karyanya—penuh makna dan kedalaman khas lokal.

Rangkaian acara berlanjut dengan pembacaan Ratib Syachona Kholil sebagai bentuk penghormatan spiritual terhadap leluhur. Setelah itu, satu per satu pertunjukan menggiring hadirin menyelami kekayaan ekspresi seni Madura.

Sanggar Cemara menampilkan teater yang membawa narasi-narasi kecil dari tanah Madura, bukan sekadar tontonan, melainkan cermin identitas yang perlahan memudar.

Baca juga:  Festival Mangrove Jatim II di Sampang Dihadiri Langsung Gubernur Khofifah

Grup SaidArt Band kemudian menyuguhkan puisi-musik—sebuah bentuk ekspresi baru, di mana puisi tak sekadar dibaca dan musik tak hanya didengar. Keduanya bersatu, menciptakan ruang refleksi yang hangat.

Tak kalah memikat, Sanggar Pantai Harapan menghadirkan pertunjukan Topeng Dalang, menghidupkan kembali cerita-cerita leluhur dengan gerak dan visual yang kuat namun sarat makna.

Puncak acara ditandai dengan peluncuran album Nata Aba’ dari kolektif Kasokan, yang disusul kolaborasi musik-puisi bersama penyair Khalil Tirta. Keduanya menyentuh sisi-sisi sunyi manusia—tentang kehilangan, kehidupan, dan makna keheningan.

Dengan suasana hangat, iringan musik, serta lapak-lapak kuliner rakyat di sekitar museum, Ritmik Madura bukan sekadar festival. Ia menjadi ruang kebersamaan lintas generasi—upaya menghidupkan kembali nilai-nilai lokal dengan cara yang segar dan relevan. (*/Aj)

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90