Peta Derah Rawan Kekeringan di Sumenep, 10 Kecamatan Jadi Atensi

Pengendara melintas di depan kantor BPBD Sumenep, Selasa, (30/6). (AJ/MI)

maduraindepth.com – Memasuki musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep mulai memetakan wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan. Dari peta rawan kekeringan, 35 desa di 10 kecamatan diprediksi bakal mengalami kekeringan tahun ini.

Kepala BPBD Sumenep Abd Rahman Riadi menjelaskan, hampir setiap tahun beberapa daerah di Sumenep mengalami kekeringan. Tahun ini, diperkirakan kekeringan masih akan terjadi.

banner auto

Dalam data peta daerah rawan kekeringan disebutkan setidaknya ada 10 kecamatan yang diperkirakan akan mengalami kekeringan tahun ini. Sepuluh kecamatan tersebut adalah Pasongsongan, Dasuk, Batu Putih, Batang-Batang, Talango, Pragaan, Rubaru, Manding dan Ganding.

“Perkiraan tahun ini ada 35 desa di 10 kecamatan yang diprediksi akan mengalami kekeringan,” jelas Rahman saat dilonfirmasi, Selasa (30/6).

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perkiraan daerah rawan kekeringan itu lebih sedikit. Pada 2019, jumlah desa yang mengalami kekeringan di Sumenep mencapai 39 desa yang tersebar di 11 kecamatan.

“Tahun lalau tambahan di Kecamatan Giligenting,” ungkapnya.

Menurut Rahman, penyusutan jumlah daerah rawan kekeringan itu disebabkan karena musim kemarau basah yang kemungkinan akan terjadi tahun ini. “Prediksinya tahun ini akan ada kemarau basah, jadi kemungkinan daerah yang mengalami kekeringan akan berkurang,” katanya.

Rencananya, untuk mengatasi kekeringan yang akan terjadi, BPBD Sumenep akan mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak, seperti PU Sumber Daya Air, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) dan pihak lain yang memiliki sumber pengairan.

Baca juga:  Tingkatkan Layanan Keimigrasian, Bupati Sampang Terima Penghargaan dari Kanwil Kemenkumham Jatim

“Kalau penangananya sendiri ada beberapa cara, seperti pembangunan penyedia air, droping air bersih dan beberapa program lain,” ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, dia mengimbau agar masyarakat bijak dalam menggunakan air bersih. Selain itu, dia juga meminta masyarakat untuk melakukan reboisasi agar ketersediaan air di dalam tanah bisa terjaga.

“Selain itu juga jangan menebang pohon, karena akar pohon itu berfungsi untuk menahan air di dalan tanah, sehingga saat musim kemarau sumur-sumur tidak kering,” tandasnya. (AJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto