banner 728x90

Makam Palsu Resmi Dibongkar, Warga Sampang Diminta Jangan Gegabah Wujudkan Hasil Mimpi

Makam Palsu Sampang
Proses pembongkaran makam semu di kompleks Bhuju’ Lanceng, Kelurahan Dalpenang, Sampang. (Foto: Purnawihadi/MID)

maduraindepth.com – Makam palsu yang dibangun di area pemakaman Bhuju’ Kramat Lanceng resmi dibongkar, Junat (26/9). Proses pengembalian area cagar budaya tersebut ke kondisi semula berjalan lancar, tanpa ada gejolak.

Pembongkaran dilakukan menyusul hasil kesepakatan musyawarah warga yang dilaksanakan sepuluh hari lalu di Kelurahan Dalpenang.

Pembongkaran yang dilakukan pemerintah Kelurahan Dalpenang bersama warga disaksikan langsung oleh aparat keamanan, TNI/Polri.

Lurah Dalpenang, Mohammad Junaidi, menegaskan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut dari hasil musyawarah pada 16 September lalu. Ia menyebut, pembongkaran dilakukan melalui kesepakatan bersama dengan melibatkan warga, aparat, Babinsa, hingga tokoh masyarakat.

“Pembongkaran ini hasil musyawarah, bukan keputusan sepihak. Setelah itu, kami tetap berkomitmen menjaga nilai budaya sekaligus menghormati tokoh yang dimuliakan, yakni Syekh Abdul Rahman,” ujarnya, Jumat (26/9/2025).

Junaidi juga mengingatkan agar pengalaman ini menjadi pelajaran bersama. Ke depan, jika ada hal serupa, ia berharap masyarakat lebih dulu berkoordinasi dengan RT atau pihak berwenang.

“Karena membangun makam ada tata caranya, jangan sampai hanya berlandaskan mimpi lalu menimbulkan keresahan,” tambahnya.

Sementara itu, Kabid Kebudayaan Disporabudpar Sampang, Abd Basith, menegaskan bahwa pengembalian fungsi bangunan tersebut merupakan langkah penting demi menjaga ketertiban sosial.

Menurutnya, mimpi atau inspirasi spiritual tidak dilarang, namun perlu disikapi bijak agar tidak menimbulkan konflik.

Baca juga:  Membuka Tabir Makam "Palsu" di Pesarean Bhuju Kramat Lanceng Sampang

“Bahkan pihak yang bermimpi, yang dalam hal ini adalah Sinol, sudah menandatangani surat pernyataan bermeterai, ikhlas mengembalikan bangunan ke fungsi awal. Prosesnya berjalan lancar, masyarakat banyak yang terlibat membantu,” jelas Basith.

Ia mengingatkan agar ke depan tidak sembarangan mengekspresikan mimpi dengan mendirikan makam. Jika ada temuan spiritual, sebaiknya dikoordinasikan dengan tokoh masyarakat maupun ahli ritual lain.

“Dalam dunia spiritual pun perlu komparasi. Satu orang bisa bilang A, yang lain bilang B. Maka penting ada koordinasi,” tegasnya.

Basith juga membuka peluang jika aspirasi warga menjadikan kegiatan doa bersama di lokasi tersebut sebagai tradisi tahunan. Namun, hal itu masih berupa aspirasi sosial dan baru bisa ditindaklanjuti secara birokratis bila ada usulan resmi dari kelurahan atau RT/RW.

“Harapan kami, kegiatan religi ini tidak hanya sebatas doa, tapi juga pembacaan biografi tokoh agar masyarakat lebih mengenal sejarahnya,” pungkasnya. (Poer/MH)

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *