maduraindepth.com – Keterbatasan fisik (disabilitas) tidak melunturkan semangat Ach. Roip untuk berjuang menggapai cita-cita menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Pemuda asal Desa Pulau Mandangin, Kecamatan Sampang ini mengalami cacat fisik sejak usia dini.
Meski kondisi tubuhnya tidak sekuat pemuda pada umumnya, namun Roip tetap semangat berbuat kebaikan membahagiakan kedua orang tuanya.
Dengan keterbatasannya, Roip mampu menuntaskan pendidikan sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP). Saat ini, pemuda kelahiran 27 Oktober 2000 ini masih berjuang menghafal Al-Quran di pondok pesantren tahfidz Al-Hasani di Pulau Mandangin.
Lahir dari keluarga sederhana, Roip menjalani hidup dengan apa adanya. Bapaknya, Moh. Hanadi berprofesi sebagai buruh nelayan. Sedangkan ibunya, Suaidah merupakan pedagang kaki lima.
“Kami hanya bersabar dan berdoa, semoga Alloh selalu melindungi anak saya. Kami percaya ia anak yang baik,” tutur Suaidah kepada maduraindepth.com, Jum’at (27/11).
Sebagai penyandang disabilitas sejak kecil, Roip sering diolok-olok oleh teman-temannya ketika di luar rumah. Bahkan, terkadang ia didorong oleh teman-temannya sampai jatuh. Namun, segala hinaan dan cemoohan menyurutkan ia patah semangat menggapai cita-citanya menjadi penghafal Al-Quran.
“Iya, saat di luar rumah sering saya dihina oleh teman-teman, tapi tak menyurutkan semangat saya untuk belajar,” tuturnya.
Roip menceritakan, bahwa saat pertama ia mondok, perlakuan dan ucapan teman-temannya sangat tidak menyenangkan, mulai dari meremehkan dirinya sampai menghinanya. “Karena tekad dan dukungan dari orang tua yang membuat saya tetap tegar menjalaninya,” ucapnya lirih.
Sempat Ingin Berhenti Menghafal Al-Qur’an
Hampir dua tahun Roip menjalani aktifitasnya belajar dan menghafal Al-Quran. Kegiatannya pun didukung oleh seluruh keluarganya, terutama sang ibu.
Roip sempat ingin berhenti menghafal Al-Qur’an karena tidak kuat menghadapi perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan teman-temannya. Namun, karena dukungan orang tua yang membuatnya bertahan dan berjuang meraih cita-citanya, yakni menjadi penghafal Al-Qur’an.
“Jangan takut dengan keterbatasan. Jangan takut untuk menggapai cita-cita, lakukan yang bisa dilakukan,” ucap Roip.
Pemuda yang tinggal di Desa Pulau Mandangin ini mengatakan, setelah dari pondok pesantren tahfidz Al-Hasani, dirinya ingin melanjutkan pendidikannya di salah satu pondok pesantren yang ada di kota. “Saya ingin belajar dan mengembangkan pengetahuan untuk masa depan saya dan orang tua,” ungkapnya.
Sang ibu, Suaidah selalu memberi dukungan terhadap segala aktivitas yang dijalani oleh putera keduanya tersebut. Dia pun terus mendorong Roip untuk tetap semangat menjalani hidup dan berkarya untuk orang lain.
“Saya terus dorong Roip untuk bisa terus berjuang dan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Mohon doanya supaya Roip bisa sukses dan bisa wisuda sebagai seorang Tahfidz di bulan Oktober 2021 yang akan datang,” ucapnya. (mi-4/AW)