maduraindepth.com – Jelang akhir periode kepemimpinan A. Busyro Karim sebagai Bupati Sumenep, pejabat politis lima tahunan itu memberi kiat-kiat modal yang harus dimiliki calon kepala daerah berikutnya.
Modal ini diperlukan, mengingat Kabupaten berlambang Kuda Terbang ini berbeda dengan tiga daerah lainnya di Madura. Mental yang kuat, jelas dia, merupakan salah satu keharusan bagi setiap sosok yang akan menduduki kursi orang nomor satu di Kota Keris.
“Jangan hanya mengejar statusnya. Butuh mental yang kuat untuk pengabdiannya,” tutur pengarang buku Fiqih Covid-19 itu, Jumat (18/9).
Menjadi Bupati maupun Wakil Bupati Sumenep menurutnya bagaikan memimpin Indonesia mini. Sebab Kota Bumi Sumekar tersebut memiliki ragam bahasa, suku, kebudayaan, dan karakteristik yang melekat pada setiap masyarakat.
Sebagai contoh, keberagaman bahasa. Kabupaten ujung Timur Pulau Garam ini memiliki beberapa bahasa daerah. Di antaranya bahasa Madura, Bajo dan Mandar. Begitu juga dengan tradisi serta kebudayaannya. Misal, di wilayah Kecamatan Sapeken. Rumah adat yang digunakan masyarakat yakni rumah panggung.
Terlebih, Sumenep menjadi Kabupaten satu-satunya di Jawa Timur yang memiliki 126 pulau. Selain mental yang kuat, pemimpin Sumenep juga perlu bekerja keras dan kerja ikhlas. Mengabdi bukan untuk dipuji dan melayani setulus hati.
“Kalau sudah didasari dengan ikhlas, apapun penilaian, baik atau buruk, yang didapatkan dari hasil kerja keras kita, tentu tidak akan berpengaruh pada kinerja,” ujar Bupati dua periode itu.
Tidak hanya itu, pemimpin Sumenep juga harus memiliki prinsip serta jiwa kepemimpinan. Seperti jujur, adil, dan amanah. “Modal-modal ini diperlukan. Pemimpin Sumenep harus terus berpikir untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten tercinta ini,” pungkasnya. (*/MH)