maduraindepth.com – Persoalan sampah di Desa Pulau Mandangin, Sampang, Madura kian memprihatinkan. Kini sampah-sampah yang bertumpukan di pinggir pantai itu semakin menggunung.
Tumpukan sampah itu tidak hanya berasal dari desa di kepulauan tersebut. Ada juga yang berasal dari daerah lain. Sampah itu terseret arus hingga tersendat di pesisir pantai.
Upaya mengurangi sampah terus dilakukan. Mulai dari stakeholder setempat hingga peran serta dari pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Cari Formulasi Atasi Sampah
Kepala DLH Kabupaten Sampang, A. Faisol Ansori mengatakan, pemerintah daerah setempat sudah berwacana mendatangkan alat besar. Alat itu nantinya akan difungsikan untuk mengangkut sampah-sampah yang bertumpukan di Pulau Mandangin.
“Masih diajukan ke DLH Provinsi Jawa Timur, tetapi ini bukan salah satu cari paling ampuh untuk mengatasi sampah,” tutur Faisol pada maduraindepth.com, Kamis (9/6).
Pada 2020 lalu, DLH Sampang juga merencanakan mendatangkan alat penghancur sampah. Namun masih perlu dilakukan uji coba. Mengingat akan dampaknya yang berkaitan erat dengan kelestarian lingkungan.
“Rencananya jika pengadaan alat ini terealisasi akan diletakkan di Mandangin dan TPA di Sampang Kota, tetapi perlu pengecekan dulu sebelum memutuskan untuk membeli,” ujarnya.
Menurutnya, persoalan sampah di Pulau Mandangin perlu keterlibatan semua pihak. Adanya petugas kebersihan juga harus proaktif dengan perlahan memindahkan tumpukan sampah dan memilah agar bisa diolah.
“Kami akui masih kekurangan petugas, namun upaya untuk mengangkut sampah secara perlahan terus dilakukan,” ucapnya.
Pihaknya mengakui, mengatasi sampah di Pulau Mandangin terbilang cukup dilematis. Pasalnya tak sedikit dari masyarakat lokal yang rumahnya dekat dengan pantai menolak sampah tersebut diangkut.
Kata Faisol, banyak laporan dari warga merasa terbantu dengan adanya tumpukan sampah. Bahkan dianggap membantu menahan ombak saat air pasang laut maksimal hingga mengurangi pengambilan pasir liar di lokasi tersebut.
“Infonya jika tumpukan sampah itu diambil, warga setempat khawatir pasir yang di bawah diambil orang, akibatnya abrasi dan ombak air laut masuk ke permukaan jalan,” jelasnya.
Tidak Ada TPA
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Lukman Hakim menyebut, tumpukan sampah itu tidak mutlak berasal dari masyarakat setempat. Hal ini dibuktikan dengan adanya sampah kiriman saat tiba musim angin timur dan barat disertai arus laut yang deras.
Ihwal peran serta pemerintah daerah, ia mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan. Seperti menyiapkan bak sampah serta adanya petugas kebersihan guna meminimalisir terjadinya penumpukan sampah di sepanjang jalan.
“Tetapi secara fasilitas masih kurang maksimal karena di Mandangin hingga kini belum ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA), akhirnya sama saja menumpuk sampah di lokasi lain,” tegas pemuda asli Pulau Mandangin itu.
Ia berharap, sinergitas masyarakat dan pemerintah daerah perlu dibangun. Sehingga muncul terobosan mengenai penanganan sampah hingga cara pengelolaannya.
“Apalagi Mandangin direncanakan jadi lokasi wisata maka perlu tindakan serius,” sambungnya.
Mandangin Perlu Perhatian Khusus
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Sampang, Moh. Hasan Jailani mengatakan, Mandangin merupakan satu-satunya kepulauan yang dimilik Kabupaten Sampang. Apalagi jumlah populasi di pulau itu kurang lebih mencapai 20 ribu jiwa.
Sebab itu, persoalan sampah ini harus disikapi secara serius oleh semua elemen. Mulai dari tingkat paling bawah (grass root) hingga pemangku kebijakan.
Menurutnya, Pulau Mandangin perlu perhatian khusus soal mengatasi sampah. Karena urusan sampah merupakan perkara rumit.
“Mengatasi sampah bukan perkara gampang,” kata pria yang karib disapa Tretan Mamak itu.
Ia menilai, edukasi mengenai akan pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan harus terus digaungkan. Mulai anak usia dini, komunitas, hingga pemangku kebijkan.
Setidaknya, edukasi pentingnya menjaga kebersihan harus berawal dari ruang lingkup keluarga. Kebiasaan itu, kata Tretan Mamak, akan menjadi awal baik untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat.
“Apalagi tidak semua sampah harus dibuang, namun juga diolah agar bernilai lebih,” ucapnya. (Alim/MH)