maduraindepth.com – Diaspora Muda Sumenep mengadakan peringatan Hari Jadi ke 755 Kabupaten Sumenep di Jakarta, Minggu (27/10). Kegiatan itu dilaksanakan untuk kedua kalinya. Sebelumnya, acara serupa juga sukses digelar Diaspora Muda Sumenep tahun lalu.
Kali ini, Diaspora Muda Sumenep mengadakan kegiatan Nobar Film Dokumenter dan Diskusi Publik tentang “Dampak Fenomena Warung Madura Terhadap Perkembangan Ekonomi Kabupaten Sumenep”. Acara berlangsung di Coffeewar, Kemang, Jakarta Selatan.
Acara ini dipandu oleh Anggota Diaspora Muda Sumenep, Ruli Aprilia dan menghadirkan beberapa tokoh yang memiliki darah Madura seperti Eric Hermawan selaku Anggota DPR RI Dapil Madura dan Ashiva Misbah selaku Akademisi UPN Veteran Jakarta. Kemudian, Badrus Zeman selaku Seniman Madura dan Moh Musleh selaku Pemilik Warung Madura.
Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh Ketua IKAMA (Ikatan Keluarga Madura), Haji Rawi. Acara tersebut, dibuka oleh Slamet Raharjo selaku Ketua Pelaksana Kegiatan.
Dalam sambutannya, dia menyebut jika kegiatan ini dilakukan untuk memperingati Hari Jadi ke 755 Kabupaten Sumenep. “Kita di sini berkumpul dalam rangka memperingati Hari Jadi Sumenep ke 755,” ujarnya.
Dijelaskan, dalam fil. dokumenter tersebut, Diaspora Muda Sumenep mengangkat kisah para Pengusaha Warung Madura yang berada di Jabodetabek. Termasuk dampak ekonominya kepada Kabupaten Sumenep hingga kebijakan apa saja yang telah dilakukan oleh Pemkab Sumenep.
Pihaknya juga menekankan UMKM di Sumenep dapat disalurkan ke ibu kota melalui jejaring warung Madura. Setelah nobar film dokumenter, dalam sesi diskusi, Eric Hermawan menjelaskan bagaimana digitalisasi warung Madura bisa dilakukan untuk mempermudah para pelaku usaha. “Kita akan baik jika warung Madura diautomasi dengan banyak,” tuturnya. Anggota DPR RI ini juga meminta para anak muda, khususnya anggota Diaspora Muda Sumenep terus memperbanyak ide untuk mengembangkan Madura pada umumnya.
Sementara itu, Akademisi UPN Veteran Jakarta yang juga berdarah Sumenep, Ashivah Misbah mengapresiasi film dokumenter yang dibuat oleh Diaspora Muda Sumenep. Namun, dia juga menyoroti bagaimana kesehatan para pelaku warung madura dan pendidikan yang ditinggalkan oleh pelaku warung Madura seperti yang ada di film dokumenter.
“Pernyataan salah satu pelaku warung Madura dalam film yang menyebut tidak ingin kuliah lagi karena tujuan berkuliah adalah untuk mencari kerja, harus menjadi perhatian,” katanya.
Badrus Zeman yang juga memiliki darah Sumenep dan menjadi pentolan band Lorjhu’, membayangkan jika terjadi adanya integrasi warung Madura dengan beberapa usaha lainnya seperti coffeeshop. “Saya membayangkan bagaimana jika warung Madura bisa dijadikan tempat nongkrong. Misal di warung Madura tersebut ada starling,” ucapnya.
Pelaku Warung Madura, Moh Musleh menceritakan bagaimana dia bisa meningkatkan taraf ekonomi keluarganya menjadi sejahtera melalui warung Madura. “Akhirnya saya bisa mengirim uang dan penghasilan ke keluarga di rumah,” jelas Musleh.
Ketua IKAMA, Haji Rawi menekankan pentingnya kesejahteraan dan persatuan antar orang Madura tanpa membedakan asal daerah. Mulai dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan ataupun Sumenep.
“Saya siap menjadi tumbal untuk orang Madura tanpa melihat asal kota mereka dan asalkan Madura bisa sejahtera,” pungkasnya. (*)