Ainur Rofiq Pilih Jadi Petani Tomat: Banyak Waktu untuk Keluarga

Petani Tomat Sampang
Ainur Rofiq mengecek buah tomat. (FOTO: Arief Tirtana/MI)

maduraindepth.com – Ainur Rofiq (34), warga Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, berbagi kisah memanfaatkan peluang usaha budidaya tomat. Berawal dari hobi, melalui bertani tomat yang ditekuni ia bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

“Sejak tahun 2015, saya sudah mulai hobi bercocok tanam, dengan ini saya bisa menghilangkan kejenuhan,” ujar Inul mengawali pembicaraan dengan jurnalis maduraindepth.com, Selasa (30/8) lalu.

banner auto

Sejak lulus dari perguruan tinggi, ia sempat ditawarkan untuk bekerja di luar kota dengan tawaran gaji yang menjanjikan. Tapi tawaran itu ditolak halus karena ada banyak hal yang menjadi pertimbangan. Diantaranya karena ia tidak bisa meninggalkan keluarganya di Madura.

Kemudian Inul memutuskan untuk menjadi seorang petani di tanah kelahirannya. Menurutnya menjadi petani lebih banyak memiliki waktu berkumpul dengan keluarga. “Saat ditawari kerja di Kalimantan, kontrak yang ditandatangani tidak boleh pulang di tahun pertama kecuali ada hal yang urgen,” kenangnya.

Sebelum fokus pada budidaya tomat, Inul sempat menanam banyak macam jenis tanaman sayuran. Mulai cabe, kacang panjang, terong, tomat, sawi, dan lain-lain. Ia memilih fokus menanam tomat karena peluangnya di Kabupaten Sampang masih sangat luas.

Sekarang, pria satu orang anak ini memiliki 700 pohon tomat yang ditanam di lahan dekat rumahnya. Ia mengungkapkan masing-masing pohon bisa menghasilkan buah sekitar 4 kilogram. Selama panen, sekitar dua ton tomat laku terjual. “Saya masih petani kecil,” ujarnya.

Baca juga:  Enam Kali Berturut-turut Pemkab Sumenep Raih Opini WTP dari BPK RI

Hasil petik tomat ia jual ke konsomen langsung dan pedagang. Untuk omzet sendiri bergantung pada kondisi pasar, sehingga ia tidak bisa memastikan nominalnya. Menurutnya, harga tomat di pasar fluktuatif. Ia mengasumsikan, saat ini harga jual tomat di pasar mencapai Rp 5 ribu per kilogram. Sementara jika dijual ke tengkulak lebih rendah yang berkisar di angka Rp 3-4 ribu per kilogram.

Petani kecil seperti Inul lebih diuntungkan ketika tomatnya dibeli oleh konsumen langsung. Sebab harganya lebih tinggi ketimbang dibeli pedagang atau tengkulak. Untuk itu, ia memanfaatkan media sosial (Medsos) untuk menjangkau konsumen. “Kalau ke tengkulak masih akan dijual lagi, sehingga harga menjadi lebih rendah,” sambungnya.

Gunakan Bibit Unggul

Kepada maduraindepth.com, Inul mengungkapkan biaya perawatan budidaya tomat yang tidak sedikit. Per pohon membutuhkan biaya mencapai Rp 15 ribu. Mulai dari bei bibit hingga petik buah.

Tiap usaha pasti ada kendala yang dihadapi. Budidaya tomat ini serangan hama pada tanaman menjadi persoalan serius bagi Inul. Bahkan jika tidak ditangani secara serius, maka tanaman bisa saja meti sebelum berbuah.

Menurutnya, musim dan kadar air juga mempengaruhi kualitas tanaman. Untuk itu ia menggunakan beberapa jenis pupuk kimia untuk mengatasi kendala tersebut. Mulai pupuk untuk penyubur tanaman, perangsang buah hingga obat pengusir hama.

Baca juga:  Sebanyak 100 Surat Suara Hilang, Kok Bisa?

Di sisi lain, jenis bibit dan struktur tanah juga mempengaruhi kualitas pohon. Sebab itu ia memilih bibit unggul untuk budidaya tomat. “Risikonya lebih ringan ketimbang menyemai dari hasil buah yang dihasilkan sendiri, mending menggunakan benih hibrida,” jelasnya. (RIF/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto