banner 728x90
Opini  

Makna Sosial-Spiritual di Balik Maulid Nabi di Madura

Muhlis Yazid tentang Maulid Nabi
Muhlis Yazid. (Foto: Dok. MID)

maduraindepth.com – Suasana kampung-kampung di Madura selalu berubah saat bulan Maulid tiba. Aroma masakan khas tercium dari rumah-rumah warga yang menggelar hajatan muludan. Tradisi ini bukan sekadar pesta, tetapi sarana berbagi rezeki, mempererat silaturahmi, sekaligus ekspresi cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Meski tidak dilakukan pada masa Rosululloh maupun para sahabat, sejumlah ulama besar menilai peringatan Maulid termasuk bid’ah hasanah, yakni inovasi yang baik karena mengandung manfaat sosial dan spiritual.

Muludan Mengakar Kuat di Madura

Setiap bulan Rabiul Awal, rumah-rumah di Madura ramai oleh aktivitas persiapan muludan. Si tuan rumah mengundang kerabat, tetangga, hingga teman dekat untuk hadir.

Secara bergantian, mayoritas masyarakat menggelar muludan di rumah pribadi masing-masing. Bahkan perayaan maulid ini berlangsung hingga memasuki bulan Rabiul Akhir.

Hidangan nasi lengkap, buah segar, dan kudapan khas disiapkan. Uniknya, semua makanan hingga kudapan yang disajikan ini dibawa pulang oleh tamu undangan -kecuali piring dan sendok.

Ada hal menarik, tuan rumah berpesan ke tamu undangan agar para janda dibawakan berkat jika tidak ada yang mewakili. Hal ini menunjukkan kepekaan sosial yang sangat tinggi.

Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan menjadi simbol solidaritas masyarakat. Muludan tidak hanya berfungsi sebagai perayaan, tetapi juga sarana mempererat hubungan sosial dan menumbuhkan rasa berbagi kepada sesama.

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *