maduraindepth.com – Komoditas pertanian di Bangkalan mulai membaik. Terutama dari garam. Buktinya patokan target yang ditentukan pemerintah selalu tercapai bahkan melebihi. Seperti tahun 2018 silam, pemerintah menarget 4,5 ribu ton, namun hasil yang didapat 5,3 ribu ton.
Kasi Kesehatan Ikan Dinas Perikanan Bangkalan Edy Wiyono menyampaikan, ribuan ton garam rakyat tersebut merupakan hasil produksi di 9 desa yang tersebar di 5 kecamatan.
Di antaranya, Desa Gili Barat Kecamatan Kamal, Pesangrahan Kecamatan Kwanyar, Moarah, Tolbuk, Ko’ol, Kecamatan Klampis, Maneron, Labbuan, Kecamatan Sepulu, dan Tlango, Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi.
Sementara luas lahan yang dicatatnya sekitar 178,7 hektar. Menurut dia, petani garam di Bangkalan tergolong antusias tinggi dalam memproduksi garam. Sebab sebagian pihaknya menyebutkan tidak semua wilayah yang memiliki jumlah mayoritas petani garam semangat dalam memanen garam.
Beruntung petani garam di Bangkalan, klaim Edy, terus meningkatkan populasi angka komoditas pendapatan hasil produkasi. Sehingga ikut mengembangkan pembangunan dari sektor pertanian.
Meski produksi garam mencapai target, namun ada sebagian petani garam berkeluh kesah ketika harga garam mulai naik-turun. Seperti yang disampaikan Abdus Salam petani garam asal Pesangrahan Kecamatan Kwanyar, intensitas harga pasaran garam yang tidak menetap akan membingungkan petani garam.
“Sebab ketika harga turun, petani mencari solusi agar produksinya membaik. Namun ini sulit dilakukan karena harga garam turun dilakukan dari pabrik. Bukan melihat kualitas produksi,” ungkap Abdus.
Dari itu, Abdus mewakili petani garam lain meminta pemerintah daerah agar memberikan aturan main harga kepada pihak pabrikan. Tujuannya agar petani garam tidak bingung membaca permainan harga. Kemudian, dalam penetapan harga yang dipatok misalnya tidak terjadi dalam sepekan bisa disampaikan kepada petani.
“Dari Rp2500 turun Rp1500 jadi Rp1000. Ini penting diberi tahu kepada kami,” pintanya. (NR/MI)