maduraindepth.com – Pemerintah Desa (Pemdes) Saobi, Kecamatan Kangayan, Sumenep, meresmikan rumah singgah. Penyediaan fasilitas itu dilakukan berdasar usulan atau aspirasi langsung dari masyarakat, dan diresmikan pada Selasa (26/8/2025).
Kepala Desa Saobi, Hosaini, mengungkapkan warga pulau sering kali mengalami kesulitan mendapat tempat inap saat bepergian ke wilayah darat. Terutama ketika masyarakat sedang mendampingi sanak keluarganya yang menjalani perawatan di rumah sakit (RS).
“Biasanya kalau ada yang sakit, sanak famili yang mendampingi cukup banyak. Mereka kesulitan untuk dapat penginapan saat di darat,” ungkapnya.
Atas dasar masalah tersebut, warga Pulau Saobi kemudian mengusulkan kepada Pemdes setempat agar memfasilitasi rumah singgah di wilayah darat Kabupaten Sumenep. Aspirasi tersebut sudah dibahas bersama Pemdes Saobi sejak akhir 2023.
“Hanya, selama ini kami mencari tempat yang benar-benar strategis. Acuannya yaitu dekat dengan fasilitas umum, terutama rumah sakit dan pasar,” jelasnya.
Akhirnya, Pemdes Saobi menemukan kontrakan rumah di Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, untuk rumah singgah sesuai usulan rakyat. Fasilitas tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai penginapan mahasiswa yang menjalani kuliah di darat.
“Jadi, rumah singgah ini disediakan berdasar aspirasi langsung dari masyarakat,” tegasnya.
Menurut Hosaini, penyediaan rumah singgah untuk warga Pulau Saobi menggunakan anggaran karang taruna. Namun, lanjut dia, ke depan diupayakan dapat teralokasi melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
“Kami akan berkoordinasi dengan DPMD supaya ke depan bisa dialokasikan melalui APBDes,” ucapnya.
Saat ini, status Rumah Singgah Desa Saobi belum permanen alias masih ngontrak dengan harga Rp12 juta per tahun. Hosaini menyatakan penyediaan rumah singgah memang dianggap sangat penting bagi warganya.
“Saya harap ini bisa dirawat bersama-sama,” pesannya.
Wakil Bupati Sumenep, Imam Hasyim, hadir dalam peresmian Rumah Singgah Desa Saobi. Menurutnya, penyediaan fasilitas untuk warga pulau itu dianggap sebagai terobosan inovatif dan representatif.
“Ini bisa menjadi percontohan bagi Pemdes lain, terutama untuk warga kepulauan,” pungkasnya. (Bus/Aj)
