maduraindepth.com – Tragedi kelam terjadi pada liga sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang saat pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam. Tragedi ini merenggut 157 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya dalam perawatan medis. Tragedi ini disorot oleh banyak pihak. Salah satunya, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah.
“Ingat jangan pernah ada sepakbola mengorbankan nyawa manusia. Sunguh kita menyesal dan penyesalan memang di akhir tragedi. Andai semua pihak senantiasa disiplin menjalankan ketentuan induk sepakbola dunia, FIFA, barangkali tragedi tidak akan terjadi,” ujar MH Said Abdullah, melalui keteranga tertulis pada maduraindepth.com, Ahad (2/10).
Anggota DPR RI Dapil Madura itu menyayangkan terjadinya tragedi tersebut. Padahal Timnas kebanggaan bangsa ini baru saja menorehkan prestasi dengan mengalahkan Tim Nasional Curacao dua kali. “Prestasi ini patut kita syukuri karena Timnas Curacao menempati rangking FIFA 84, sedangkan Timnas Indonesia di peringkat 152. Mereka jauh di atas kita,” ucapnya.
MH Said Abdullah mengatakan, Timnas PSSI U 17 juga makin menunjukkan perfomanya yang baik menghadapi babak kualifikasi Piala Asia U17. Pihaknya di DPR selalu mendukung kebutuhan anggaran dan langkah langkah PSSI, serta Kemenpora ketika meminta persetujuan naturalisasai sejumlah pemain muda berbakat, dan masuk menjadi skuad pada sepak bola tanah air.
Tragedi Kanjuruhan Pukul Sepakbola Nasional
Menurutnya, tragedi pilu di Kanjuruhan tersebut benar-benar memukul gelanggang sepakbola nasional. Bahkan menjadi deretan tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepakbola dunia. “Kita patut malu, dan harus instrospeksi mendalam,” tuturnya.
MH Said Abdullah turut berduka atas terjadinya tragedi tersebut. Duka mendalam itu dia sampaikan untuk para korban, baik yang meninggal maupun yang sedang menjalani perawatan medis.
Dia meminta kepada pihak penyelanggara pertandingan, PSSI, Kemenpora, Pemda setempat dan masyarakat bergotong royong memberikan santunan kepada keluarga korban yang meninggal. “Sekaligus bantuan pengobatan terhadap korban yang sedang dirawat di rumah sakit,” ucapnya.
Pihaknya juga mendesak PSSI, Kemenpora, Kepolisian untuk mengundang FIFA melakukan investigasi tragedi ini. hal itu perlu dilaksanakan untuk menjaga kredibilitas investigasi dan sepakbola Indonesia di mata dunia.
Selain itu, pihaknya juga menginstruksikan agar menghentikan sementara kompetisi liga 1 BRI ini sampai selesainya hasil investigasi dan rekomendasi FIFA. Hal ini semata mata menjaga kredibilitas kompetisi sepak bola yang ada di tanah air.
Jangan Mementingkan Bisnis
Dia menegaskan, penyelenggaraan kompetisi sepakbola profesional di tanah air kedepan jangan hanya mementingkan aspek bisnis. Tapi juga kepatuhan terhadap keseluruhan aturan FIFA dari semua pihak, agar tragedi memilukan seperti di Stadion Kanjuruhan Malang tidak terulang kembali.
Said Abdullah mengatakan, kalaupun dilanjutkan kembali musim kompetisi sepakbola profesional, PSSI harus selalu mengaudit pelaksanaan setiap pertandingan sepakbola yang akan digelar. Mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga usainya pertandingan.
“Hentikan pertandingan bila ada ketidakpatuhan terhadap peraturan FIFA. Langkah preventif ini untuk menghindarkan tragedi pilu di Kanjuruhan terulang kembali,” tegasnya.
Meskipun urusan teknis sepak bola menjadi wewenang penuh PSSI, sambung Said Abdullah, perlu kiranya Kemenpora ikut memberikan pengawasan untuk membantu PSSI, atau mengingatkan PSSI terhadap kemungkinan ketidakpatuhan penyelenggaraan pertandingan oleh pihak penyelenggara.
Dia berharap, semoga urun pikir atas tragedi pilu di Kanjuruhan dapat memberi pertimbangan yang produktif bagi seluruh pihak untuk kemajuan sepak bola nasional. “Kita mengheningkan cipta disertai dengan ketulusan doa bagi yang meninggal, kesembuhan bagi yang dalam perawatan dan kesabaran serta ketabahan dan keikhlasan bagi keluarga yang sanak saudaranya meninggal dalam tragedi memilukan ini,” tuturnya. (*)