Peringatan 5 Tahun Bom Surabaya, Usul 13 Mei Jadi Hari Permohonan Maaf

peringatan bom surabaya
Salah satu peserta saat mengikuti peringatan bom Surabaya. (Foto: Idenera.com/Jufen)

maduraindepth.com – Menandai lima tahun peristiwa bom di Surabaya yang terjadi 13 Mei 2018, Idenera dan Roemah Bhineka Muda mengadakan diskusi dan refleksi. Mengangkat tema “Refleksi Peristiwa 13 Mei dalam Kacamata Orang Muda”, kegiatan tersebut digelar di GKI Diponegoro Surabaya.

GKI Diponegoro dipilih menjadi lokasi peringatan, mengingat tepat pada 13 Mei 2019, bom menyasar gereja ini. Bom juga menyasar Gereja Katolik SMTB Ngagel, GPPS Arjuna dan Polrestabes Surabaya keesokan harinya.

banner auto

Wicaksana Isa, Aktivis Roemah Bhinneka mengungungkapkan, peringatan ini bukan untuk mengorek luka. Dia mengatakan, 13 Mei diperingati agar masyarakat mengingat nilai-nilai solidaritas yang tumbuh di antara warga Surabaya setelah peristiwa itu terjadi.

“Saat peristiwa itu terjadi, bergaung tagar Surabaya Wani. Tagar yang menggambarkan sikap masyarakat Surabaya yang tidak akan takut dengan terror, karena mereka punya solidaritas arek,” kata Isa.

Isa juga mengatakan pengisi kegiatan ini semuanya anak muda dari berbagai komunitas. “Kami melibatkan anak muda dalam kegiatan ini karena anak mudalah yang akan merawat solidaritas di masa datang,” lanjut Isa.

Hadir dalam peringatan ini, Fenny Suryawati, penyintas bom yang menyasar Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Arjuno. Bekas luka, terlihat jelas pada kedua tangannya.

“Dengan peringatan ini kami sebagai penyintas ingin menyuarakan bahwa intoleransi itu membuat luka,” kata Feny.

Baca juga:  Setahun Berjalan Dispendukcapil Sampang Mencatat 5.428 Orang Pakai Layanan IKD, Ini Manfaatnya

Bagi anak muda yang hadir dalam peringatan ini, dia berharap solidaritas perlu dipraktekkan dalam keseharian. Salah satunya dengan berempati dengan orang sekitar. “Hanya dengan berempati kita bisa mewujudkan solidaritas,” tegas Fenny.

Harapan senada juga diungkapkan Djadi Galajapo, warga Surabaya yang hadir. Dia meyakini solidaritas itu penting, namun hanya bisa diwujudkan dengan mau dengan suka rela meminta maaf bila melakukan kesalahan. “Saya mengusulkan 13 Mei ini jadi hari peringatan meminta maaf dan memaafkan atas kesalahan dan kekeliruan,” ungkap Djadi.

Kegiatan ini diisi dengan musik akustik Halaman Pengelana, pembacaan puisi oleh Andreas Wicaksono dan pemutaran film berjudul Menggugah Ingatan yang disutradarai oleh Kevin Willyanto Leo. Acara ditutup dengan menyalakan lilin untuk mengheningkan cipta dan dilanjut doa lintas agama.

Diikuti sekitar 200 orang, peringatan 5 tahun Bom Surabaya 13 Mei, merupakan hasil kerjasama Idenera, Roemah Bhineka Muda,GKI Diponegoro, Gusdurian, Nera Academia, Fakultas Filsafat Widya Mandala Surabaya dan Religius Study Uinsa. (*)

Dapatkan Informasi Menarik Lainnya Di Sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto