banner 728x90

Perang Harga Tarif Ojol di Sampang, Dishub: Gojek dan Grab Tak Koordinasi Operasional

Ojol sampang
Ilustrasi Ojol berbasis nasional dan lokal Sampang.
banner 728x90

maduraindepth.com – Tarif ojek online (Ojol) di Kabupaten Sampang tidak karuan seiring menjamurnya Ojol lokal. Persaingan antar Ojol berbasis nasional dan lokal semakin sengkarut karena berperang harga.

Tarif Ojol berbasis nasional sudah diatur oleh pihak aplikator. Sementara Ojol lokal hingga saat ini belum ada ketentuan hukum yang jelas.

banner 728x90 banner 728x90

Sengkarutnya tarif Ojol dikeluhkan oleh salah seorang driver Gojek, Alfian. Ia mengeluhkan minimnya pelanggan karena tarif Ojol lokal yang terlalu murah.

Menurutnya, tarif Rp 5 ribu yang diberlakukan Ojol lokal per perjalanan merugikan pihak driver yang memengaruhi pendapatannya. “Seharusnya ada regulasi yang mengatur tarif agar persaingan lebih sehat,” ujar Alfian pada Madura Indepth, Rabu (20/2).

Di Kabupaten Sampang ada beberapa Ojol lokal yang sudah beroperasi. Yakni Djontor, Gosako, Elang Delivery dan UD. Pade Bisa.

Tarif Ojol lokal yang sangat murah juga diungkap oleh admin Elang Delivery, Mufadhol. Ia membenarkan jika aplikasi Ojol yang dikelolanya menawarkan tarif tetap Rp 5 ribu untuk semua jarak.

“Lebih murah dan praktis,” kata Mufadhol.

Cara pemesanannya melalui WhatsApp. Namun, aplikator lokal menghadapi kendala perizinan. “Belum ada regulasi yang mengatur layanan kami,” tambahnya.

Ojol Sampang
Kasi lalulintas jalan Dishub Sampang Khotibul Umam. (Foto: Purnawihadi/MiD)

Ihwal perizinan, Kasi Lalu Lintas Jalan Dinas Perhubungan (Dishub) Sampang, Khotibul Umam mulai membuka suara. Ia menyatakan bahwa Ojol nasional sudah diatur oleh aplikator.

Baca juga:  Tarif Ojol Naik, Driver di Sampang Sepi Orderan

Sementara Ojol lokal masih belum memiliki kepastian hukum. “Kami tidak mengeluarkan izin atau rekomendasi untuk Ojol lokal karena perizinannya melalui sistem OSS,” katanya.

Umam juga membuka fakta bahwa aplikasi Ojol nasional seperti Gojek dan Grab juga belum pernah berkoordinasi dengan Dishub terkait operasional mereka di Sampang.

Menjamurnya Ojol juga berdampak pada pendapatan tukang becak. Seperti yang dialami Endin (54). Ia mengaku kehilangan hampir separuh pendapatannya.

“Orang lebih pilih Ojol, lebih cepat dan murah,” katanya.

Di lain sisi, seorang pedagang kaki lima, Luluk, merasa diuntungkan dengan keberadaan Ojol. Sebab para pelanggannya bisa memesan makanan melalui aplikasi.

“Saat hujan, pelanggan bisa pesan lewat Ojol,” ujarnya.

Pengguna aplikasi Ojol, Vina (28) mengatakan alasan menggunakan Ojol lokal karena lebih murah. Namun ia tidak menampik jika terkadang proses pengantarannya lama.

Sementara Zainal (25) lebih memilih aplikasi Ojol berbasis nasional karena lebih aman. “Dengan aplikasi, pergerakan driver bisa dipantau,” katanya. (Pur/MH)

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90