Pembuatan Kapal Trawl di Pulau Mandangin, Teknik Diwarisi Secara Turun Temurun

Pembuatan kapal di pulau mandangin
Pekerja sedang mengerjakan bagian kapal trawl. (FOTO: Alimduddin/MiD)

maduraindepth.com – Kapal Trawl merupakan kapal penangkap ikan yang hingga kini masih banyak digunakan oleh nelayan. Di Madura, ada masyarakat kepulauan yang mampu memproduksi kapal jenis ini. Yaitu di Dusun Candin, Desa Pulau Mandangin, Kabupaten Sampang.

Pembuatan kapal Trawl di Pulau Mandangin menggunakan teknik tradisional. Tanpa ada gambar rancangan dan menggunakan peralatan sederhana.

Menariknya, cara pembuatan kapal penangkap ikan ini telah diwarisi masyarakat setempat secara turun temurun. Tak heran, jika tenaga ahli dan para pekerja pembuatan kapal ini adalah warga setempat.

Pembuatannya dilakukan di bibir pantai. Bagian haluan kapal posisinya menghadap ke laut. Hal ini dilakukan agar mempermudah proses pelepasan kapal ke laut saat sudah selesai digarap.

Butuh Waktu Hingga Lima Bulan

Pembuat kapal Trawl, Mohammad Dimas mengatakan, pembuatan kapal dikerjakan oleh 5-10 orang. Proses pengerjaannya memakan waktu hingga lima bulan.

“Biasanya satu perahu dikerjakan secara berkelompok, kadang dilakukan oleh satu keluarga,” ucapnya, Sabtu (24/12).

Bahan baku pembuatan kapal Trawl ini menggunakan kayu jati yang didatangkan dari luar desa. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa proses pembuatannya memakan waktu yang lama.

Di sisi lain, pengerjaannya masih tradisional dan mengandalkan tenaga manusia. “Harus melewati serangkaian proses. Mulai dari pemesanan kayu jati, pemotongan dan pembentukan interior kapal,” terang Dimas.

Baca juga:  Tekan Angka Stunting, Pemdes Pulau Mandangin Rembuk Bersama Kader Posyandu

Terkait biaya pembuatan tergantung dari ukuran kapal. Untuk satu kapal ukuran panjang 16 meter dan lebar 4,5 meter paling sedikit membutuhkan dana sekitar Rp 300 juta.

“Hanya kapalnya saja bisa mencapai Rp 300 juta. Pemilik kapal tinggal menerima jadinya,” ujar Dimas.

Jika selesai digarap, proses pemindahan kapal ke laut melibatkan ratusan orang. Mengingat teknik yang digunakan masih menggunakan cara tradisional.

“Sebelumnya pemilik kapal selamatan dengan nasi tumpeng, kemudian di atas kapal digantungi makanan ringan serta uang, dan bagian tiang depan kapal dikasih daun pisang muda,” pungkasnya. (Alim/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto