maduraindepth.com – Kabupaten Sampang tidak pernah kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satunya Nabila Ahda Gina Rahmatiyah. Siswi kelas XII di SMA Khadijah Surabaya ini menjadi salah satu dari 170 siswa di Indonesia yang akan mengikuti program pertukaran pelajar lewat program AFS Intercultural Program yang diadakan oleh Yayasan Bina Antarbudaya.
Rencananya, bulan depan (September) siswi yang akrab disapa Ahda ini akan berangkat ke Norwegia untuk mengikuti program pertukaran pelajar. Nantinya dia akan tinggal selama 10 bulan di sana untuk belajar bagaimana budaya Norwegia.
Selain untuk belajar budaya, anak pertama dari pasangan Moh. Hasan Jailani dan Chandra Dewi Devi Yanthi ini bakal memperkenalkan budaya Madura ke kancah internasional. Seperti tradisi karapan sapi, berbagai jenis tarian dan beberapa tradisi lain yang sering dilakukan di Madura.
”Jadi program AFS ini lebih kepada pertukaran pelajar untuk belajar budaya di negara tujuan dan mengkampanyekan budaya yang ada di Indonesia,” ucap remaja 18 tahun itu saat ditemui di kediamannya di Jalan Panglima Sudirman, Sampang, Ahad (25/8).
Selain membawa misi kebudayaan, Ahda juga membawa misi sosial. Yaitu untuk mengkampanyekan pandangan bahwa muslim bukan teroris di negara tujuannya nanti. “Karena di negara-negara di Eropa itu masih banyak pandangan bahwa muslim itu identik dengan teroris. Padahal tidak,” ungkapnya.
Berbagai macam persiapan sudah dilakukan menjelang keberangkatannya bulan depan. Mulai dari mencari informasi mengenai budaya Norwegian di internet, mengasah skill berbahasa Inggris dan berbagai persiapan lain.
Ahda sendiri mengakui bahwa butuh usaha lebih untuk bisa sampai tahap ini. Dia mengaku sudah mendaftar program AFS semenjak tahun lalu. “Pendaftaranya tahun lalu. Kemudiaan ada seleksi dan berbagai macam tahapan yang harus dijalani. Kalau saya sendiri menjadi satu dari 12 siswa chapter Surabaya yang berangkat dengan program ini (AFS),” katanya.
Meski terhitung sebagai wakil dari Surabaya, pelajar kelahiran Sampang ini lebih memilih untuk mengedepankan budaya Madura. Selain karena sudah banyak yang mengangkat budaya Jawa, Ahda juga menjadi satu-satunya siswa yang berasal dari Madura dalam program tersebut.
”Kenapa saya lebih memilih budaya Madura? Yang pertama karena budaya Madura adalah budaya ibu. Kedua karena saya jadi satu-satunya peserta yang berasal dari Madura,” ucap siswi yang pernah mengenyam pendidikan di SMP Manbaul Quran Mojokerto itu.
Nabila Ahda Gina Rahmatiyah Sempat Ragu Saat Terpilih
Dia sendiri mengaku sebelumnya sempat ragu untuk mengikuti program tersebut. Sebab selain harus rela tinggal kelas karena cuti sekolah selama satu tahun, dia juga mengaku berat karena harus jauh dari keluarga selama berada di Norwegia.
Tetapi, dia akhirnya membulatkan tekad untuk berangkat karena dukungan dari keluarga dan juga gurunya di sekolah. ”Dulu waktu ada pengumuman bahwa saya terpilih, sempat bingung. Tapi ayah dukung banget. Kata ayah jarang-jarang bisa dapat pengalaman seperti ini, jadi saya yakin berangkat,” katanya.
Ahda merupakan siswi yang aktif. Dia mengaku senang mengikuti berbagai kegiatan di sekolah. ”Kalau kegiatan saya ikut di PMR, Jurnalis dan Film,” ucap siswi yang memiliki hobi menulis itu.
Dia berharap, apa yang akan dia lakukan ini bisa membanggakan kedua orang tua dan sekolahnya. Selain itu, dia juga berharap agar dirinya bisa memberi inspirasi bagi para pelajar di Madura untuk bisa mengembangkan kemampuan ke taraf internasional. (AJ/MH)