maduraindepth.com – Di tengah tren mahasiswa memilih lulus tanpa skripsi, Faisol, pemuda asal Camplong, Kabupaten Sampang, Madura justru mengambil langkah berani. Ia tetap menulis skripsi.
Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) itu sebenarnya berhak lulus melalui jalur prestasi karena pernah lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Namun, Faisol merasa skripsi bukan sekadar syarat akademik, tapi bentuk perjuangan dan komitmen terhadap ilmu.
“Buat saya, skripsi adalah ruang pembuktian. Saya ingin kontribusi yang nyata, bukan sekadar lulus,” ujarnya mantap.
Ia pun mengangkat isu lokal yang selama ini jarang tersorot, yaitu Implementasi Kebijakan Sekolah Penggerak di SMPN 3 Camplong Kabupaten Sampang.
Lewat risetnya, Faisol berharap bisa mendorong perbaikan kebijakan pendidikan di daerah asalnya.
Aktif di organisasi, berprestasi secara akademik, dan tetap rendah hati, Faisol menjadi contoh bahwa anak daerah pun mampu bersuara di dunia kampus. Keputusannya pun menuai apresiasi dari dosen dan rekan-rekannya.
Langkah Faisol bukan hanya pilihan pribadi, tapi pesan kuat bagi mahasiswa lain: jangan buru-buru memilih jalan pintas. Terkadang, jalan yang lebih berat justru membawa nilai dan dampak yang lebih besar.
“Anak daerah juga bisa berdaya saing dan membawa perubahan,” tegasnya. (Poer/MH)