maduraindepth.com – Salah seorang perempuan parubaya, warga Dusun Aeng Nyior, Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Perempuan satu anak ini memilih menjadi seorang pengemis.
Di usianya yang masih 32 tahun, hampir setiap hari menggendong anak semata wayangnya untuk meminta uluran tangan di jantung kotanya sendiri.
Noval Arianto (16), putra semata wayangnya ini mengalami pertumbuhan fisik yang kurang dibandingkan anak seusianya.
Perempuan yang enggan disebutkan namanya itu, mengatakan pada maduraindepth.com, belum pernah mendapatkan bantuan, baik pengajuan dari Kepala Desa (Kades)-nya sendiri, maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep melalui leading sektornya, yaitu Dinas Sosial (Dinsos).
“Saya sudah banyak ditanyakan orang, tapi sampai saat ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah,” ungkap perempuan asli Desa Lobuk ini, Rabu (27/11).
Setiap hari, dia harus menafkahi kebutuhan anaknya. Sebab, selepas berpisah dengan suaminya beberapa tahun lalu, dia hidup sebatang kara sambil mengharap uluran tangan setiap hari.
“Saya setiap hari jalan ke kota, pulang kerumah pukul 13.00 WIB siang. Saya juga tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari Dinsos,” ucap dia sambil meneteskan air mata.
Bahkan, dia mengaku tidak pernah tersentuh pendataan apapun oleh pemerintah Desanya soal bantuan sosial.
“Makanya saya memilih ke kota dan melakukan pekerjaan ini, sebab pemerintah di Desa saya tak pernah memperhatikan saya,” katanya sembari menangis lirih.
Setiap hari dia berjalan ratusan kilometer, mengharapkan perhatian penuh dari pemerintah setempat.ll Nyatanya realita hidup membuatnya harus berjuang seorang diri.
“Saya hanya berbekal pasrah untuk menghidupi anak saya yang begini,” sambungnya, sembari melanjutkan perjalanannya. (MR/AW/MH)