Jelang Empat Abad Sampang, HIMASA Gelar Kajian Peradaban Lokal

Suasana jalannya diskusi dan kajian sejarah peradaban Sampang. (FOTO: HIMASA Sampang for MID)

maduraindepth.com – Himpunan Mahasiswa Sampang (HIMASA) Surabaya berkolaborasi dengan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang. Dalam kolaborasi ini, digelar kajian sejarah peradaban menjelang empat abad hari jadi Sampang.

Ketua Umum HIMASA Surabaya, Rizki mengatakan, Desember mendatang Sampang akan mencapai usia yang tak lagi belia. Artinya kota Bahari ini telah memasuki hari jadi yang ke empat abad.

Menurutnya, sudah diketahui juga bahwa Kabupaten Sampang ini dijuluki sebagai Kota Bersih, Agamis, Harmonis, Aman, Rapi dan Indah (BAHARI) ini telah melalui berbagai dinamika dalam perjalanan sejarahnya. Mulai dari zaman kerajaan, kolonial bahkan sampai saat ini.

“Jika kita refleksi ke belakang dengan melihat dan membaca dari berbagai sumber sejarah, banyak ditemui berbagai bukti bahwa Sampang pernah menjadi titik sentral peradaban di Pulau Madura,” ujarnya. Selasa (31/10).

Sebagai bentuk refleksi, pihaknya bersama Disporabudpar melaksanakan kajian tentang sejarah peradaban Sampang di Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Kamis, 26 Oktober 2023.

“Mahasiswa asal Sampang dari berbagai kampus di Surabaya yang terhimpun dalam HIMASA Surabaya hadir,” ungkapnya.

Kajian itu tujuannya untuk mengedukasi mahasiswa dan pemuda tentang pengetahuan sejarah lokal. Dengan demikian, sambung Rizki, diharapkan bisa melestarikan serta mengapresiasi warisan budaya daerah sendiri.

Sementara, Umar Faruk selaku tim ahli cagar budaya Sampang menyampaikan, sejarah budaya lokal merupakan bagian penting dari identitas masyarakat Sampang. Sehingga dengan edukasi itu pemuda termotivasi untuk lebih mencintai dan menghargai sejarah, serta budaya mereka sendiri.

Baca juga:  Festival Pendidikan se-Madura Bakal Digelar di Sampang

“Sejarah lokal akan terus relevan sebagai salah satu dalil membentuk peradaban baru, serta mempertahankan kearifan lokal yang tercerabut karena dominasi topik nasional dan global,”ucap Umar Faruk sekaligus sebagai narasumber pada kajian itu.

Kata Faruk, menjadi Indonesia tidak harus menjelma manusia Jawa apalagi Jakarta. Namun, mempertahankan ke-maduraan juga merupakan bagian dari Indonesia seutuhnya.

“Kita patut bangga menjadi bagian dari sejarah dan peradaban daerah lokal, mempertahankan dan mengakui adalah keharusan bagi generasi saat ini,” tandasnya. (Alim/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto