maduraindepth.com – Di usia yang hampir 100 tahun, nenek Sarenten Warga Dusun Masaran, Desa Giring, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep hidup dalam serba kekurangan. Ia tinggal di rumah gedek bambu reyot.
Rumah yang ditempati nenek Renten, sapaan karib Sarenten, tidak dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet. Setiap hari dia menghabiskan waktunya di rumah tersebut.
Setelah suaminya meninggal, nenek Renten tinggal sebatang kara di rumah gedek yang berukuran 24 meter persegi tersebut. Sedangkan kedua anaknya sudah berkeluarga dan tidak tinggal bersamanya lagi.
Tanpa alas atau hanya sekedar tikar, nenek tua renta itu tidur di lincak bambu yang sudak rusak. Kondisi penglihatan dan pendengarannya pun sudah tidak normal lagi.
Informasi yang diterima maduraindepth.com, nenek Renten memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Dari sisi ekonomi, anaknya mampu tapi kurang peduli dengan kondisi Renten.
Dengan kondisi yang serba kekurangan ini, nenek Renten belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah setempat. “Belum pernah dapat bantuan, kalau gak salah kira-kira 10 tahunan, sewaktu saya masih tinggal sama nenek sampai sekarang,” kata cucunya yang bernama Tolak, Jumat (26/7).
Baca Juga : Kisah Nenek Jumanti: Hidup Sebatang Kara, Tidur Beralas Tanah
Sementara Kepala Desa Giring, Arkan mengaku, pihaknya tidak menutup mata dengan kondisi nenek Sarenten. Ia sudah dimasukkan dalam daftar penerima manfaat bantuan sosial (Bansos) beras sejahtera (Rastra).
“Renten itu sudah sering diajukan, namun lagi-lagi setelah data turun Renten ini tidak masuk dalam daftar,” ujarnya.
Terpisah, salah satu relawan Didik Haryanto mengatakan, pemerintah seharusnya lebih serius lagi dalam menyikapi soal kemiskinan.
“Harusnya pemerintah lebih memperhatikan, di lanjut usianya, nenek ini sudah semestinya menerima hak-haknya sebagai warga Sumenep, seperti, PKH lansia, tempat tinggal yang layak,” ucapnya, Jumat (26/7).
Menurutnya, jika melihat kondisi nenek Renten, Pemkab Sumenep gagal dalam mengentaskan kemiskinan. “Gimana tidak mau disebut gagal, kalau tempat tinggal masyarakatnya saja lebih parah dari kandang ayam,” tandasnya. (MR/MH)