Begini Proses Pembuatan Batik Warna Alam dengan Teknik Ecoprint di Pamekasan

Batik Ecoprint Pamekasan
Dian Hendrina saat ditemui MI usai membatik dengan teknik ecoprint. (Foto: RUK/MI)

maduraindepth.com – Kabupaten Pamekasan tidak hanya memiliki destinasi wisata yang bagus dan menarik dikunjungi. Akan tetapi, kabupaten dengan ikon kota gerbang salam ini juga memiliki kerajinan berupa motif kain dengan teknik ecoprint dan pewarna dari daun alami.

Salah satunya yang kini dikembangkan Dian Hendriana (36). Pembatik asal Kelurahan Lawangan Daya, Kabupaten Pamekasan ini membuat motif pada kain dengan teknik ecoprint.

banner auto

Memproduksi dengan teknik ecoprint terbilang cukup unik. Yakni mereplika tumbuhan ke dalam kain, ecoprint dapat menghasilkan motif pada kain yang memiliki nilai seni tersendiri.

Sementara proses pembuatan ecoprint terbilang sederhana dan mudah. Kata Dian Hendriana, kita ambil daun, letakkan di atas kain katun dan buat pola yang diinginkan. Kemudian tutup kain katun tersebut dengan kain katun lagi untuk menghasilkan corak.

Setelah itu, digulung untuk mengunci warna. Dan terakhir mengkukusnya hingga dua jam atau sampai tiga jam agar hasil dari ecoprint tersebut menghasilkan corak yang bagus.

Wanita dengan paras cantik ini mengatakan, pihaknya memproduksi dengan teknik ecoprint menjadi kerudung, mukena, kain dan baju sudah banyak laku di pasaran. Pembelinya tidak hanya orang Madura. Tapi ada pula yang dari luar daerah seperti beberapa daerah di Jawa Timur dan Jakarta.

Selanjutnya, Dian yang mempunyai brand “Rasoghen” sering memasarkan produknya lewat Instagram, Facebook dan juga promosi di media sosial lainnya.

Baca juga:  Lurah Bugih Pasang Banner Tukang Kredit dan Tagih Hutang Dilarang Masuk, Ini Alasannya

“Alhamdulillah kain serta kerudung yang diproduksi dengan menggunakan teknik ecoprint banyak diminati banyak orang. Bulan ini permintaan semakin meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa daun yang digunakan untuk motif memanfaatkan benda-benda di sekitar rumah. Salah satunya dengan menggunakan ecoprint yang memanfaatkan dedaunan atau bunga yang tumbuh di pekarangan sebagai bahan dasar pengganti cairan kimia.

Sementara, harga kain yang dijual bervariasi. Diantaranya kalau kerudung harganya Rp 120-130 ribu. Sementara untuk harga kain satu setel harganya di kisaran Rp 500-700 ribu.

Perempuan asal Kelurahan Lawangan Daya tersebut mengaku, semula teknik ecoprint itu dipelajarinya melalui kanal YouTube. Tak puas belajar dari media sosial, akhirnya Dian membulatkan tekad mengikuti kursus mewarnai dengan teknik ecoprint di Malang.

“Selesai kursus saya mencoba di rumah dengan menggunakan kain putih akhirnya hasilnya memuaskan,” sambungnya.

Dengan demikian, lanjut Dian, sekarang dirinya semakin semangat dalam memproduksi kain dengan teknik ecoprint.

“Semoga dengan membuat motif pada kain yakni bernama ecoprint dapat memotivasi masyarakat Pamekasan untuk lebih kreatif dalam mengembangkan bisnisnya serta perekonomian masyarakat Pamekasan semakin maju,” tandasnya. (RUK/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto