Tetap Berlayar Meski Cuaca Buruk, ABK: Cuma Ini Mata Pencaharian Kami

Pulau mandangin
Kapal penumpang dari Pulau Mandangin saat berlayar menuju Sampang. (FOTO: Agus Wedi/MI)

maduraindepth.com – Meski cuaca buruk angin kencang timur sedang melanda, banyak perahu angkutan orang rute Mandangin-Sampang memilih tidak berlayar. Akibatnya banyak anak buah kapal (ABK) yang mengaku kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Meski demikian, ada juga yang berani bertaruh nyawa nekat berlayar dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tetap menjaga dan menggunakan alat pelindung diri saat berlayar.

Kepala Bidang Kelautan Pelabuhan Tanglok Dinas Perhubungan (Dishub) Sampang, Iwan Heri Susanto menyampaikan pihaknya hanya memberikan himbauan jika saat ini cuaca sangat buruk. Kegiatan berlayar untuk diberhentikan sementara demi keselamatan.

“Kami hanya memberi himbauan agar tidak berlayar saat cuaca buruk, namun sebagian nahkoda nekat berlayar dari Mandangin ke Sampang Kota dengan alasan untuk mencari nafkah keluarga,” ujarnya, Selasa (10/8).

Lebih lanjut, Iwan menjelaskan bahwa saat cuaca buruk hal itu berpengaruh terhadap jumlah penumpang kapal yang semakin berkurang. Sehingga pendapatan yang diterimanya sangat minim.

“Biasanya ramai sekitar ada 23 kapal bersandar di pelabuhan tanglok, tapi saat ini berkurang 10 perahu karena takut, kadang ada sebagian nahkoda memaksakan diri karena tuntutan kebutuhan,” ucap Iwan.

Sedangkan menurut salah seorang ABK Suramadu Jaya, H. Habibi, akibat kondisi cuaca buruk beberapa hari ini, banyak masyarakat enggan bepergian ke Sampang Kota karena takut ombak.

Baca juga:  Jalur Muara Sungai Sempit, Kapal Rute Mandangin-Sampang Kerap Tabrakan

“Saat ini masih tetap berlayar sekalipun cuaca buruk, karena cuma ini mata pencaharian kami apalagi pemenuhan kebutuhan harus beli ke Sampang Kota, terutama para tengkulak barang,” ungkap warga asal Desa Mandangin, Dusun Barat itu.

Menurut dia, minimnya penumpang juga mempengaruhi pendapatannya. Biasanya melebihi 20 orang sekarang tidak sampai 10 penumpang. Apalagi harus dikurangi biaya operasional sekali berlayar.

“Kadang sebagain ABK tidak dibayar karena penumpang sepi, bahkan ditunggak beberapa hari, kami tetap menjaga diri dengan perlengkapan yang ada seperti life jaket, pelampung dan alat lainnya yang bisa digunakan saat berlayar,” pungkasnya. (Alim/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto