Kepulangan PMI Diprediksi Tambah Jumlah Pengangguran Terbuka di Sampang

Pengangguran BPS Sampang
Kantor BPS Sampang tampak dari depan di Jalan KH. Wahid Hasyim, No. 37. (FOTO: Alimuddin/MI)

maduraindepth.com – Koordinator Fungsi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sampang Wahyu Hardiyanto memprediksi angka pengangguran terbuka di Kabupaten Sampang tahun ini akan mengalami peningkatan. Hal ini seiring dengan banyaknya lonjakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang pulang kampung.

Tercatat sejak 30 April hingga Agustus 2021 jumlah PMI asal Sampang yang tiba di kampung halaman sudah mencapai 3.000 orang lebih. Jumlah ini lebih tinggi dibanding tiga kabupaten lainnya di Madura. (Baca: Kepulangan PMI Asal Sampang Lebih Tinggi Ketimbang Tiga Kabupaten di Madura)

banner auto

Menurut Wahyu, banyaknya PMI asal Sampang yang pulang kampung akan mempengaruhi jumlah pengangguran di Kota Bahari. Namun dia tidak bisa mengungkap data naiknya jumlah pengangguran dengan dalih masih melakukan proses survei.

“Tentu saja kedatangan PMI sangat mempengaruhi terhadap angka kenaikan pengangguran di kabupaten Sampang, cuman kami masih belum bisa menghitung keseluruhan karena masih proses survei,” ujar Wahyu kepada jurnalis maduraindepth.com, Rabu (25/8).

Dia berpendapat akibat banyaknya PMI yang pulang kampung akan mempengaruhi naiknya angka pengangguran di Kabupaten Sampang.

Survei Hingga September 2021

Berdasarkan data BPS tahun 2020, sampai saat angka pengangguran di Sampang masih berada di angka 3,35 persen. Sedangkan di tahun 2021 masih dalam proses survei yang akan selesai sampai September 2021 mendatang.

Baca juga:  DPRD Sampang Setujui Raperda RTRW Tahun 2024-2044

“Untuk rekapitulasi jumlah angkatan kerja, baik itu angka pengangguran maupun angka partisipasi kerja masih dalam proses. Dimana jumlah tersebut akan dirilis oleh BPS provinsi yang nantinya akan diserahkan ke kabupaten sekitar Desember 2021,” tuturnya.

Wahyu melanjutkan, untuk tingkat pengangguran terbuka berbeda konsep dengan versi pada umumnya. Menurutnya pengangguran terbuka itu tidak bekerja atau nganggur. Yakni yang benar-benar tidak bekerja.

“Kalau masih membantu pekerjaan orang tua baik berjualan atau pun lainnya, itu tidak dianggap sebagai pengangguran terbuka karena mereka tetap bekerja untuk memperoleh pendapatan,” jelasnya.

Namun banyaknya PMI yang pulang itu tentunya diprediksikan bakal menambah angka pengangguran di Sampang. Tak hanya dampak kedatangan PMI, pihaknya menyebutkan bahwa musim juga mempengaruhi angka tersebut.

“Apakah kenyataan di lapangan setalah pulang PMI ini betul-betul nganggur atau masih sempat bekerja, kami kira soal dampak tetap ada, cuma besarannya berapa kami masih belum mengetahui,” tandasnya.

Gunakan Dana Desa “Kurangi Pengangguran”

Di sisi lain, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang (Kabid) Penempatan Tenaga Kerja dan Pengembangan DPMPTSP dan Naker Sampang, Agus Sumarso menyebut kepulangan PMI asal Sampang akan menjadi polemik serius bagi pemerintah daerah. Karena hal ini juga menyangkut dengan angka pengangguran.

“Kalau hanya mengandalkan DPMPTSP dan Naker kayaknya tidak mampu, apalagi SDM-nya hanya enam orang harus menangani ribuan PMI yang datang, makanya harus bersama mengatasi kasus ini,” ucapnya.

Baca juga:  Cuaca Ekstrem yang Tak Menentu, Nelayan Sumenep Memilih Tak Melaut

Ia menambahkan, pelatihan dan pemberdayaan dianggap kemungkinan bisa meminimalisir angka kasus pengangguran di Sampang. Adanya sinergitas antara OPD satu dengan lainnya baik soal anggaran maupun SDM sangat dibutuhkan.

“Kita harus konsen ke sana yang nantinya digerakkan untuk pelatihan dan pemberdayaan bagi PMI yang pulang,” jelasnya.

Bahkan Agus juga menyinggung soal dana desa (DD) yang dikhususkan untuk pemberdayaan masyarakat desa. Menurutnya pemerintahan desa juga memiliki peran vital dalam mengurangi angka pengangguran di Sampang.

“Setiap desa diharapkan untuk menggerakkan dan mengolah dari itu, soal narasumber pelatihan kami siap untuk menyediakan. Kalau setiap desa menyediakan paket untuk keahlian warga itu bisa efektif mengurangi kasus pengangguran,” ujarnya.

Apalagi menurutnya kalau saat pelatihan, selain diberi ilmu warga juga diberi alatnya. Hal tersebut menurutnya malah tambah bagus dan dinggap tepat.

“Jadi harus ada keahlian dan dilengkapi alatnya, apalagi saat ini masih pandemi Covid-19 pastinya masyarakat sangat membutuhkan pekerjaan,” pungkasnya. (Alim/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto