Hari Santri Nasional, Ubaidillah: Santri Harus Menjaga NKRI dari Ancaman Ideologi Transnasional

Ubaidillah DPRD Sampang
Sekretaris Komisi I DPRD Sampang Ubaidillah dari Partai Golkar. (Foto: AW/MI)

maduraindepth.com – Hari santri adalah hari untuk mengenang peran besar perjuangan para kiai dan santri dalam melawan penjajahan bangsa asing, dan ditandai dengan munculnya resolusi jihad yang dikeluarkan KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945. Demikian disampaikan Ubaidillah, anggota DPRD Kabupaten Sampang, Minggu (20/10/2019).

“Atas dasar itu, Presiden Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dengan Keppres Nomor 22 tahun 2015,” ujar legislator Partai Golkar tersebut.

banner auto

Menurut Ubaid, sapaan akrabnya, kekuatan para santri saat itu, baik yang masih berstatus sebagai santri maupun yang sudah terjun ditengah masyarakat, dengan berbagai profesi sangat luar biasa. Mereka bahu membahu berjuang merebut kemerdekaan dengan taruhan harta dan nyawa.

Perjuangan mereka, lanjut Ubaid, patut dikenang dan diteladani agar anak bangsa tidak lupa pada sejarah panjang berdirinya Negara Indonesia. “Sehingga dengan begitu, para santri dan bangsa Indonesia pada umumnya sama-sama memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap NKRI,” jelasnya.

Ditanya tentang makna HSN, Ubaidillah mengatakan, HSN adalah momentum mengenang dan menginternalisasi makna perjuangan kaum santri atas daya bela, keikhlasan, kepedulian dan peran besar santri dalam memperjuangkan NKRI.

Kaum santri menurut dia, harus terus memupuk jiwa nasionalisme guna menjaga keutuhan NKRI dari ancaman ideologi transnasional.

Baca juga:  12 Kecamatan di Sampang Belum Setor Data Penerima BLT DD, Ini Alasannya

“Tantangan terkini kaum santri adalah bagaimana ikut andil dalam melawan ideologi transnasional semisal khilafah yang ingin mengubah ideologi Bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan Negara Republik Indonesia,” bebernya.

Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sampang ini berharap seluruh komponen bangsa menyadari bahwa kemerdekaan RI direbut dengan darah para pahlawan dari semua kalangan, baik kalangan santri maupun non santri. “Namun semua diikat oleh cita-cita yang sama, yakni Indonesia yang merdeka, berdaulat secara politik, ekonomi dan kebudayaan bangsa, sesuai dengan Pancasila yang menjadi konsensus Bangsa Indonesia,” pungkasnya. (AW)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto