Opini  

“Bokong Di Borong”

Penulis adalah Ketua Ranting Ansor Bancamara Pulau Oksigen. (FOTO: Abu Rakso for MI)
Oleh : Abu Rakso*

maduraindepth.com – Tidak ada yang dapat memastikan kehendak Tuhan dalam menempuh jalan takdir, melainkan perbuatan positif yang menjadi acuan hidup. Manusia hanya diwasiatkan untuk berupaya bernaung di bawah usaha dan doa.

Sepanjang bulan yang dijalani, kegetiran masih merajalela dengan tidak berakhirnya Covid-19, yang hingga saat ini selang waktu kurang-lebih dua tahun beroperasi menyengat sendi-sendi otak dan kesakitan jiwa.

banner auto

Ujian yang begitu menguji kesabaran dan kekuatan imun dan iman seseorang, dengan demikian dapat melahirkan ruang kesadaran bahwa kesehatan adalah raja. Tanpa kesehatan, jabatan, kedudukan dan semua identitas kepemilikan tidak ada apa-apanya.

Penting untuk kita saksikan kali ini, dari kejadian yang tak usainya virus yang membungkus keadaan. Segala bentuk upaya telah digerakkan demi kemaslahatan bersama. Bahkan, kita juga harus rela mensukseskan festival vaksin kesehatan menyerahkan bokong secara berjamaah untuk diborong.

Persoalan dari vaksin yang ada sebagian masyarakat berupaya menolak sebagian yang lain menyetujuinya. Dua perihal ini barangkali tidak perlu untuk dipaksakan, sebab manusia punya jalan berbeda dalam menuai takdir.

Selain pada itu, lebih tepatnya mengarah pada kemungkinan-kemungkinan yang oleh sebagian personal menolak bukan karena anti himbauan apalagi ingin membangkang situasi. Serasa, lebih mengarah pada ujung jarum yang akan menempel paha atau bahu yang bikin merinding sepanjang sejarah.

Baca juga:  Hari Kedua Operasi Yustisi Lintas OPD, Dispendukcapil Sampang Jadi Sasaran

Bahkan, saya sendiri masih bertele-tele dan bertanya-tanya atas statemen Politisi PDI-P Anggota Komisi IX DPR RI Ibu Ribka Tjiptaning (nama yang sempat saya ingat), bahwa pemerintah tidak boleh berbisnis dengan rakyat. Kira-kira begitu isinya.

Narasi tersebut akan menjadi realita atau hanya penggalan dari kisah-kisah yang disenjakan, entahlah. Tapi yang pasti dia (Ribka) merupakan bagian dari penolakan atas vaksinasi.

Bahkan dia siap membayar denda dengan nominal sebesar Rp 5 Juta. Bagi dia sah-sah saja, namun bagi orang miskin akan sangat nihil untuk menyetorkan uang sebesar itu, bisa jadi akan setorkan diri ke jeruji. Sebab mau setorkan bokong tidak berani. (*)

*Penulis Ketua GP. Ansor Ranting Bancamara-Gili Iyang Alumni Univeraitas Tribhuwana Tunggadewi-Malang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto